Bab 3. Dia Masih Perawan?

1036 Kata
Davian menganggap jika hari itu adalah hari terburuk dalam hidupnya. Tadinya ia masih berpikir jika setelah menikahi Senja, ia akan meminta maaf kepada Jenny dan menjalin hubungan kembali. Toh ia tidak pernah mencintai Senja dan merasa yakin tidak pernah menghamili wanita itu. Namun, semua itu tinggallah rencana saja karena Jenny justru menolak Davian mentah-mentah dan tetap meminta mengakhiri hubungan itu. Davian merasa sangat marah sekali, ia sangat mencintai Jenny, tapi sekarang ia tidak bisa bersatu dengan cintanya hanya karena Senja. "Kamu benar-benar pelac*R murahan, kamu telah menghancurkan segalanya!" teriak Davian semakin kuat mencengkram dagu Senja. "Davian sakit ...." "Jangan harap aku akan mengampunimu," ucap Davian dengan wajah bengisnya lalu pria itu mencium bibir Senja dengan begitu kasar, ia ingin membuat wanita ini tahu bagaimana posisinya dimata Davian. Senja berusaha keras untuk menolak, tapi semakin kuat ia menolak, Davian justru semakin kasar padanya. Bibirnya terasa nyeri karena pria itu menggigitnya, ia memukuli dad4 Davian namun semua itu juga percuma. Davian semakin liar dan kasar membuat Senja begitu kesakitan. "Davian, aku mohon jangan." Hanya kata itu yang bisa Senja ucapkan, berharap Davian akan menghentikan aksi bej*tnya. Davian tidak menghiraukannya, rasa marah dan alkohol telah mengusai dirinya. Ditambah tubuh ranum Senja mendadak membuat ia begitu berga*rah. Davian segera menyingkirkan satu-satunya penghalang antara keduanya dan memulai aksinya. Namun, ia merasa sangat kesusahan saat melakukannya. "Kenapa susah sekali? Tidak mungkin 'kan?" batin Davian merasa heran sekali. "Davian, sakit," rintih Senja menggenggam sprei dibawahnya dengan sangat kuat. Ia merasakan sakit yang luar biasa saat pertama kalinya memberikan dirinya seutuhnya pada Davian. Davian masih tidak berpikir apa pun, ia justru semakin kasar menyatukan dirinya. Ia yang merasa tidak tahan lagi mendorong miliknya lebih kuat dari sebelumnya dan akhirnya ia berhasil melakukannya. Bersamaan dengan sesuatu yang mengalir dan membuat Davian begitu kaget. "Darah?" Davian membulatkan matanya syok melihat darah yang membasahi sprei, tidak banyak tapi sangat terlihat. "Kamu masih perawan?" Davian bertanya seperti orang bodoh, benar-benar syok dengan semua ini. Tentu saja, bukankah Senja mengaku telah hamil anaknya? Lalu kenapa wanita itu masih perawan? Senja hanya bisa menangis, ia tidak tahu harus menyesal atau tidak karena telah memberikan kesuciannya pada Davian. Akan tetapi ia merasa takut akan takdir yang akan ia hadapi setelah ini. "Sial*n! Kamu memang wanita licik, kamu membohongiku, Senja!" Davian ingin segera mengakhiri semua ini, darahnya mendidih karena merasa dipermainkan oleh Senja. Wanita itu mengaku hamil anaknya dan memaksanya menikah, tapi ternyata Senja masih perawan? "Brengs*k, wanita ini benar-benar gila!" umpat Davian dalam hatinya. Davian bergegas bangkit, tapi Senja justru menahan lengannya membuat Davian semakin marah hingga giginya gemeletuk. "Lepaskan tanganmu!" hardik Davian. Senja menangis lirih seraya menggelengkan kepalanya. "Aku adalah istrimu, Davian." Davian langsung meliriknya, hanya kata-kata singkat tapi ia sangat paham maksudnya. Ia semakin muak dan tanpa peringatan apa pun ia mencekik leher Senja kembali. "Tadinya aku masih berpikir jika kamu adalah wanita baik, tapi melihatmu seperti ini aku jadi tahu kalau kamu memang seorang pelac*R. Kamu memintaku tinggal? Baiklah, akan aku lakukan seperti kemauanmu, Senja." Davian tidak bisa berkompromi lagi, ia kembali melumat bibir Senja lebih kasar dari sebelumnya dan melanjutkan aktivitas yang sempat tertunda. Ia marah tapi tidak berbohong kalau ia merasakan kenikmatan saat bisa mereguk manisnya diri Senja yang belum terjamah oleh siapapun selain dirinya. Malam itu ia benar-benar liar dan menggila, tidak peduli Senja menangis meminta ampun sekalipun. "Dia yang telah memulai segalanya, jadi jangan salahkan aku jika mengikuti permainan yang dia buat. Senja, kamu memang wanita yang licik," batin Davian. Senja tidak sanggup mengatakan apapun selain memohon ampun pada Davian. Sakit? Tentu saja, pengalaman pertama yang seharusnya menjadi waktu yang berkesan tapi ia justru mendapatkan hal sebaliknya. Ia harus menahan sakit di setiap tubuhnya karena sikap kasar suaminya. Namun, hatinya jauh lebih sakit karena suaminya justru menganggapnya seonggok barang yang tidak punya nyawa. "Aku tahu caraku salah, tapi cintaku padamu tidak pernah salah, Davian." Senja membantin seraya menatap wajah penuh peluh suaminya, ingin mengukir wajah tampan itu di hatinya selamanya. *** Senja terbangun saat sinar matahari menerpa wajahnya. Matanya memicing melihat ke arah luar yang tampak terang benderang. Ia mendesis pelan saat merasakan sakit di seluruh tubuhnya, terutama di daerah intinya. Air mata Senja tiba-tiba menggenang tanpa bisa dicegah. Wanita itu teringat akan malam penuh kesakitan semalam. Ia memeluk dirinya sendiri, menahan getir di hatinya di saat ia yang terbaring tak berdaya ditinggalkan begitu saja oleh Davian setelah pria itu puas mereguk kenikmatan. "Kamu sudah bangun rupanya." Terdengar suara berat yang khas dari arah pintu kamar membuat Senja terperanjat, wanita itu hanya melirik Davian tanpa ada niat untuk bangun, tubuhnya masih merasa sangat remuk dan nyeri. "Baguslah, aku jadi tidak perlu membawamu ke rumah sakit dan membuang uangku.” "Ini." Davian lalu melemparkan sebuah kotak kecil kepada Senja. Senja hanya meliriknya, tanpa ada niat untuk menjawab. Tenaganya seolah habis karena semalam ia berteriak tiada henti. "Bangun dan minum itu sekarang. Dalam waktu dua bulan, kamu harus hamil anakku!” "Ha-mil?" Senja cukup terkejut mendengar perkataan Davian. "Ya, itu kebohongan yang telah kamu gunakan untuk membodohi keluargaku agar kamu bisa menjadi istriku bukan? Tidak aku sangka kamu menggunakan cara yang begitu licik.” Davian tersenyum sinis dengan tatapan mata yang sangat licik. "Maaf," lirih Senja. "Maaf?" Davian tertawa mendengar hal itu, ia yang sudah muak kembali mencengkram lengan Senja dengan kuat. "Jangan harap aku akan memaafkanmu, Senja. Setiap perbuatan di dunia ini pasti ada balasannya. Seperti kamu yang telah menghancurkanku, seperti itu juga aku menghancurkanmu, Senja." Davian berbicara lambat-lambat dan penuh penekanan, pria itu menatap lekat wajah Senja yang terlihat pucat dihiasi air mata. "Berhenti menangis!" titah Davian. "Davi-" "Memuakkan!" Davian justru mendorong Senja sebelum wanita itu mengatakan apapun. Ia berdiri dari duduknya dan mengambil sesuatu didalam saku celana. "Aku rasa kamu sudah paham maksudku, minum obatnya agar kamu bisa segera hamil dan ini untukmu. "Terima kasih untuk jasamu semalam, tidak aku sangka kamu masih perawan," ucap Davian dengan tatapan sinis yang bermaksud merendahkan Senja. Tak hanya itu, Davian juga melemparkan beberapa lembar uang ke arah tubuh Senja yang masih tergolek tak berdaya. Sebuah penghinaan yang membuat Senja semakin menangis. Hatinya seperti disayat-sayat akan perlakukan suaminya, yang menganggap dirinya seorang wanita malam yang dibayar jasanya setelah memberikan kepuasan. Apakah serendah itu posisinya di mata Davian? "Tuhan, apakah aku bisa bertahan?" batin Senja menangis lirih. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN