Mendapatkan cek sebesar itu, Lina Marlina segera pergi meninggalkan Aldo tanpa mengomel sama sekali. Gadis itu tersenyum manis mencium cek senilai seratus juta pada genggaman tangannya.
Aldo melambaikan tangannya pada para pengawal pribadinya. "Kalian selidiki wanita yang bersamaku di toilet tadi!" Perintahnya pada para pengawal pribadinya.
"Baik presdir!" Jawab mereka berlima serempak. Aldo masih terus menatap ke arah Lusi, wanita itu kini berdiri di sebelah Sujaya.
"Wanita itu, berdandan seperti itu, astaga! Aku pasti sudah gila telah melakukan hubungan seksual dengan wanita yang salah!" Aldo berpikir Lusi adalah wanita yang dibooking olehnya hari ini.
Pria itu melihat penampilan wanita cantik itu, begitu mencolok di antara wanita lainnya. Dia tidak berpikir sama sekali jika Lusiana adalah salah satu seorang dari para penulis yang tengah berkumpul di sana.
Aldo melihat kalung berlian dan perhiasan lainnya yang dipakai oleh Lusiana. Dia pikir itu adalah wanita yang dibooking-nya.
Karena penampilannya itu Aldo telah salah menduga, selain itu pria yang sedang berdiri menempel sejak awal acara di sebelah Lusiana adalah Presdir pemilik real estate di kawasan elite. Galih Sujaya.
Sujaya memang seorang penulis novel, tapi sebenarnya itu hanya untuk mengusir rasa bosannya saja. Dan demi mendekati Lusi dia rela melakukan pekerjaan sebagai penulis.
Beberapa jam kemudian acara tersebut telah selesai, Lusi dan Jaya pergi keluar dari dalam hotel mewah tersebut.
Akan tetapi seseorang menghentikan Lusiana. "Maaf nona presdir kami ingin berbicara empat mata dengan anda?" Ujarnya pada Lusiana.
Sujaya terkejut mendengarnya, "Kamu kapan kenal Aldo Saputra?" Ujarnya tiba-tiba, membuat Lusiana tercekat tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut.
Lusiana secepat mungkin memutar otaknya, kemudian berkata, "Ah tadi di toilet aku tidak sengaja menabraknya. Dan pasti dia ingin membicarakan tentang bajunya." Ujar Lusi berusaha bersikap senetral mungkin.
"Jadi?"
"Aku akan naik taksi, kamu pulanglah duluan Jay." Ucapnya sambil tersenyum manis pada sahabatnya itu.
"Kamu yakin tidak ingin aku temani?!" Tanyanya lagi, karena dia khawatir Lusi mendapat masalah.
"Tidak perlu, aku akan segera pulang setelah bicara sebentar dengannya." Meyakinkan Jaya kalau dia baik-baik saja.
Akhirnya Jaya memilih pulang duluan menuju rumahnya. Pria itu menepis rasa khawatir di dalam hatinya. Dia tahu Lusiana tidak mungkin membuat masalah yang rumit.
"Baiklah aku akan pulang duluan, kamu hati-hati nanti, ketika pulang ke rumah!"
Pria itu tersenyum manis kemudian menaikkan kaca mobilnya. Dia menyalakan mesin mobilnya dan melaju meninggalkan hotel berbintang lima tersebut.
"Mari nona ikuti saya," Ujar pengawal pribadi Aldo Saputra tersebut.
Tanpa berpikir panjang, Lusiana mengikuti langkah kaki pengawal tersebut menuju ke sebuah kamar hotel di mana Aldo Saputra telah menunggu kedatangannya.
Pengawal tersebut membukakan sebuah pintu kamar, dia mempersilakan gadis itu masuk ke dalam kamar tersebut.
Agak ragu-ragu Lusiana melangkah masuk ke dalam kamar. Dia melihat Aldo Saputra sudah memakai baju kimono mandinya. Rambut pria itu basah kuyup, dia sedang berdiri di depan cermin mengeringkan rambutnya dengan sebuah handuk.
Melihat kedatangan Lusiana pria itu tersenyum lalu melangkah menuju ke arahnya.
Lusiana sedikit ketakutan, "Jika anda menginginkan cek-nya, saya masih membawanya. Ini!" Lusiana segera menyodorkan cek tersebut ke depan pria tampan itu.
Aldo Saputra tidak terlihat marah, pria itu menundukkan kepalanya. Menatap wajah Lusi lekat-lekat sambil tersenyum manis sekali, gadis itu berdebar-debar melihat wajah mereka berdua begitu dekat sekarang.
"Kamu cantik sekali." Ujarnya seraya tersenyum melihat wajah Lusi yang kini berubah menjadi merah.
"Ah, itu sebenarnya saya tadi sudah berusaha menjelaskan segalanya, tapi anda tiba-tiba saja.. melakukannya.." Ujar wanita itu sambil nyengir, berusaha meredakan debaran jantungnya yang berdegup kencang.
"Jadi kamu menyalahkanku?" Aldo pura-pura marah padanya.
"Ah, bukan. Jadi apakah itu salahku?!" Tanya Lusi balik pada pria itu. Dia sedikit kesal memang, tapi dia juga sangat menikmatinya.
"Aku melihatmu berdiri di sisi direktur utama real estate Galih Sujaya, aku pikir kamu adalah wanita bookingan-ku! dan melihat perhiasan di lehermu itu senilai satu milyar! Aku semakin yakin jika kamu adalah Lina." Jelasnya panjang lebar pada Lusiana.
Lusiana tercekat mendengar ucapannya, dia tidak tahu apa-apa sama sekali. Bahkan tentang seluk-beluk sahabat karibnya Sujaya, yang kerap kali dipanggilnya 'Jay' itu!
Lusiana memegangi kalungnya, tiba-tiba saja air matanya ingin merembes keluar melalui celah-celah bulu matanya. "Jay! Apakah kamu ingin mempermainkanku? Aku sudah menganggap dirimu sebagai adikku sendiri!" Teriak dalam hati kecil Lusi.
Aldo Saputra terkejut dia tidak tahu kenapa Lusi malah menangis mendengar penjelasan tentang yang sebenarnya terjadi.
"Kenapa kamu menangis? Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah? Masalah uang itu, kamu tidak perlu mengembalikannya. Kamu tidak perlu khawatir!"
Aldo menyentuh kedua bahunya, entah ada angin dari mana dia memberanikan diri untuk mengusap air mata yang membasahi kedua pipinya.
Tangisan Lusiana semakin menjadi, wanita berstatus single mom tersebut menghambur memeluk tubuh Aldo Saputra. Dia menangis sejadi-jadinya di dalam pelukannya.
Aldo mengusap punggungnya, mencoba untuk menenangkannya.
"Aku tidak tahu jika temanku Jay itu adalah direktur, kami selalu bersama-sama setiap hari. Dia bilang dia adalah petugas keamanan di real estate dimana aku tinggal.. huuuuuaaaaaa! Huaaaa!"
Lusiana kembali menangis sekencang-kencangnya. Dia tidak peduli air matanya telah membanjiri d**a bidang Aldo Saputra.
"Oke oke, jangan menangis lagi. Aku akan mengantarmu pulang ke rumah. Bagaimana?" Tanyanya pada Lusiana.
"Ini uangmu." Lusiana menyodorkan cek tersebut kembali.
"Kenapa? Itu untukmu." Ujarnya sambil tersenyum.
"Tapi aku bukan wanita yang kamu inginkan. Jadi ambillah kembali." Dengan nada datar masih menyodorkan cek tersebut padanya.
"Aku sudah menggunakan jasamu, ambillah itu oke?" Aldo menyentuh kedua pipinya.
"Tapi aku tidak menjual jasa." Ujarnya lagi polos.
" Hem.. siapa namamu?" Tanyanya pada Lusi.
"Aku Lusiana, maafkan aku membuat dadamu basah kuyup karena menangis." Lusiana melepaskan pelukannya pada tubuh Aldo.
"Tidak apa-apa, itu cek-nya kamu simpan saja. Oke? Jangan buat aku tambah merasa bersalah." Jelasnya lagi pada Lusi.
Pria itu memasukkan cek-nya ke dalam tas Lusi kembali.
Kemudian dia tersenyum menatap wajah Lusi lekat-lekat. "Bolehkah aku menggunakan jasamu lagi, suatu hari nanti?" Bisiknya pelan sekali di telinganya.
Mendadak Lusi mendongakkan kepalanya menatap wajah pria itu. "Aku tidak menjual jasa, aku menjual kue di tokoku." Ujarnya sambil tersenyum garing, karena merasa terhina.
Terus terang Lusi takut diberhentikan dari pekerjaannya sebagai penulis. Karena pria di depannya itu yang memberikan gaji padanya.
"Tapi aku menginginkanmu.." Melangkah lebih dekat, sambil mengusap wajah Lusi dengan lembut.
"Bolehkah aku menolakmu?" Tanyanya takut-takut, pada pria itu. Sambil melangkah mundur menjauh darinya.
Aldo Saputra tersenyum menatap wajah canggung Lusiana.
"Kalau kamu bisa menghentikan cumbuanku, aku akan melepaskanmu." Masih terus melangkah mendekatinya.
"Aldo.. aku.." Lusi tergagap tidak bisa berkata-kata.
Aldo Saputra tahu, Lusiana sangat menikmatinya. Pria itu tahu Lusiana pasti akan merajuk karena cumbuan liarnya. Dia yakin Lusiana akan bermanja-manja di bawah selimut yang sama dengannya.
Aldo Saputra sudah sangat dekat dengannya, dan Lusi sudah mentok tidak bisa mundur lagi, karena belakang punggungnya adalah tempat tidur yang sangat luas lembut.
Lusiana melihat tatapan liar Aldo Saputra, wanita itu memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia tidak ingin melihat ke arahnya.