Ch-5 Desahan Dalam Rumah

978 Kata
"Aldo, emm, maksudku presdir! Aku, aku, sepertinya aku harus cepat pulang!" Ujarnya secepatnya, mencegah pria muda kaya raya itu bertindak lebih jauh lagi. "Dua kali lipat!" Ucapnya lantang terus memepet tubuh Lusi dengan tatapan liar. "Apanya yang dua kali lipat?" Pura-pura bodoh seraya menahan d**a bidangnya. "Aku akan membayar dua kali lipat dari jumlah yang tadi!" Ucapnya dengan wajah serius. "Sebenarnya ini hinaan atau pujian? Haruskah aku bersyukur karena perceraian ku waktu itu?! Gara-gara itu aku kesulitan! Tapi gara-gara itu juga dia presdir gila mendekatiku! Dasar b******k! Apa mereka pikir aku wanita yang mata duitan!" Gerutu Lusiana dalam hatinya, tapi bibirnya tetap tersenyum manis. "Ah.. tapi aku harus pulang sekarang, Presdir. Maafkan aku, ini sudah lewat jam malam." Pura-pura menyentuh leher Aldo, mencoba merayunya agar pria itu mengabulkan permintaannya. Aldo Saputra tersenyum, meraih jemari tangannya. Kemudian mengecup punggung tangannya, ada rasa geli menggelitik hati Lusiana. Wanita itu berpaling ketika Aldo Saputra menciumi punggung tangannya bertubi-tubi. "Kamu harus membuat kesepakatan dahulu denganku, aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja." Ucapnya sambil tersenyum mengusap paha mulus Lusiana melalui belahan gaunnya. "Emmm, itu, anu, saya! Saya minta maaf presdir!" Mendorong tubuh Aldo Saputra tiba-tiba, lalu melarikan diri keluar dari dalam kamar tersebut. Aldo tertawa terpingkal-pingkal menatap kepergian wanita itu. Dia merasa sangat lucu sekali. Lusiana berlari sekuat tenaga menuju lobby hotel, sampai di tepi jalan dia segera menghentikan taksi. "Apa dia sudah tidak waras! Pria itu menakutkan sekali! Bagaimana nasibku sebagai penulis?! Astaga bagaimana ini! Aaaaaaaa!" Gumam Lusiana seraya mengacak-acak rambutnya sendiri. Sopir taksi terkejut melihat wanita itu melalui kaca spionnya. Dia hanya menggelengkan kepalanya berkali-kali. Lusiana sampai di depan tokonya, gadis itu turun dari dalam taksi. Dia melihat Sujaya sudah berdiri menunggu dirinya. Pria itu masih bersandar di depan mobilnya. "Jay?" Sapanya sambil tersenyum kecut. Dia ingat apa yang terlontar dari bibir Aldo Saputra mengenai sahabatnya itu. Lusiana melepaskan kalung berlian juga perhiasan lainnya kemudian meraih telapak tangan sahabatnya itu, meletakkan semua perhiasannya di sana. "Kenapa Lus? Apa Aldo mengatakan sesuatu padamu?" Tanyanya penuh selidik, dia tahu ada yang tidak beres pada Lusiana. Dia tidak seperti biasanya, dan wajahnya juga terlihat sedih. "Tidak ada, dia tidak mengatakan apapun padaku." Ucapnya sambil tersenyum melihat wajah Jaya. Lusiana membuka kunci pintu tokonya, tangan wanita itu sedikit bergetar. Jaya tahu ada yang disembunyikan oleh Lusiana darinya. "Cepat katakan apa yang kamu dengar dari pria itu?!" Jaya mengikuti wanita itu masuk ke dalam tokonya. Lusiana diam saja, dia tidak ingin bicara apapun pada Jaya malam ini. Wanita itu masuk ke dalam kamarnya, melepaskan high heelsnya. Sujaya karena tidak bisa menahan rasa ingin tahunya, dia menerobos masuk ke dalam kamar Lusiana. "Jay? Apa yang kamu lakukan di sini? Keluarlah aku ingin berganti pakaian." Ucapnya dengan nada datar, seperti biasanya. "Katakan dulu padaku!" Jaya memaksa untuk tetap tinggal berdiri di sana. Lusiana segera berbalik menatap wajah pria itu, tanpa berkata apa-apa wanita itu menarik resleting punggungnya turun ke bawah. Hingga gaunnya jatuh meluncur ke bawah kakinya. Jaya terkejut melihat pemandangan di depannya itu, Lusiana berdiri hanya dengan pakaian dalamnya. Mata wanita itu terlihat sangat sedih menatap wajah sahabatnya itu. Jaya menatap tubuh mulusnya tanpa berkedip sama sekali, pria itu melangkah maju mendekat ke arahnya. Meraih kepalanya dan mulai melumat bibirnya dengan kasar, seakan-akan telah menahan keinginannya bertahun-tahun lamanya. "Jay.." Desah Lusiana ketika pria itu melumat kedua gundukan pada dadanya secara bergantian. Mendorong tubuhnya hingga terbaring terlentang di atas tempat tidurnya. Sujaya menarik penutup sisi bawah tubuh Lusiana, membuangnya ke lantai. Pria itu turun ke antara dua pahanya memagut area sensitif Lusiana dengan penuh hasrat. "Akh..Jay.." Desahnya sambil meremas bahu Jaya. "Apa kamu ingin menyerahkan dirimu padaku?" Bisik Galih Sujaya di telinga wanita itu. Pria itu sudah bersiap menerobos masuk ke dalam area terlarang milik wanita itu. Lusiana menggigit bibirnya, gadis itu tidak menjawab pertanyaan dari pria itu. "Jawab Lusi! Aku tidak akan melakukannya!" Sujaya segera menarik dirinya dari atas tubuh Lusiana. Membatalkan niatnya untuk menidurinya. "Kenapa kamu bohong padaku?" Tanyanya sambil merajuk. Lusiana masih terlentang dengan kedua paha terbuka lebar-lebar menampilkan area sensitifnya dengan sangat jelas, yang kini sudah setengah basah! Wanita itu setengah bangkit menyangga tubuhnya dengan kedua sikunya. Jaya melihat pemandangan itu gairah seksualnya meningkat sampai ke ubun-ubun kepalanya. Segera naik ke atas tempat tidurnya kembali. "Jangan salahkan aku Lusi!" Segera memasukkan tonggak kejantanan miliknya ke dalam area terlarang Lusiana. Suara hentakan-hentakan dua area sensitif memenuhi kamar berukuran lima kali lima meter tersebut. Ranjang Lusi ikut bergetar berderit karena permainan liar Sujaya. Desah Lusiana tak kunjung berhenti lantaran menikmati layanan permainan dari pria itu. "Jay.. " Jaya mendengar suara desahannya semakin menggila menambah laju menyodokkan kejantanannya pada belahan yang sudah banjir dengan cairan tersebut. Lusiana tidak menolak ketika jaya mengangkat kedua kakinya, meletakkan di atas kedua bahunya. Dan kembali mendorong mendesak ke depan. Lusiana menutup matanya menikmati setiap tikaman Sujaya pada belahan sensitifnya. Pria itu bermain sangat lama sekali. Sekitar pukul tiga pagi Sujaya baru turun dari atas tubuhnya. Lusiana meremas-remas bahunya menahan gelora hasratnya saat meraih klimaks ke lima. Pria muda itu benar-benar telah memberikan kepuasan pada dirinya. Jaya berbaring di sebelahnya, pria itu mengusap lembut pipinya sambil tersenyum manis. Lusiana meletakkan kepalanya di atas lengannya, dia tidak menolak pria itu mencium keningnya, pipinya, dan melumat bibirnya untuk kesekian kalinya. Dia malah bergelayut manja meletakkan tangannya di belakang lehernya. "Mm..Jay.." Pria itu mengusap-usap area sensitifnya lagi, memilin-milin benjolan kecil di sana. "Lagi ya?" Pinta Jaya pada Lusiana seolah ketagihan untuk kembali melakukan hubungan intim dengan dirinya. "Kamu tidak lelah? Ah! Dasar nakal!" Lusiana dengan gemas memukul bahunya, karena jemarinya tetap bermain di bawah sana dengan penuh hasrat. Lusiana kembali membuka kakinya, dengan sengaja menunjukannya, "Jay basah lagi!" Lusiana memagut bibir tipis Sujaya, melumatnya lalu kembali merangkak naik ke atas tubuhnya, untuk memulai permainannya. "Lusi.!" Sujaya mendesah merasakan kenikmatan permainan Lusiana di atas tubuhnya. Tentu saja tidak sulit bagi Lusi untuk memberikan kepuasan itu pada Jaya karena dia sudah sangat ahli di atas ranjang!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN