Dia yang angkuh

1262 Kata
Rima mengganti pakaiannya dengan seragam hotel dan setelah itu, ia bersiap untuk pergi ke hotel. Ia melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya dan ia melihat asisten Ibra ternyata telah berada di Apartemen ini. "Selamat pagi Bu..." ucapnya kepada Rima. "Selamat pagi," ucap Rima. Bili tersenyum ramah kepada Rima, selama ini ia yang sering bertemu Rima untuk menyampaikan pesan dari Ibra atasannya yang aneh ini. Ia juga tidak mengerti kenapa Ibra memilih pergi ke luar negeri tanpa mengajak istrinya, padahal Rima adalah sosok yang cantik dan baik. "Pak...sekarang Bapak sudah tinggal bersama istri Bapak dan sepertinya memakaikan dasi seperti ini bukan lagi menjadi tugas saya Pak!" Protes Bili. Entah mengapa Ibra sangat tidak terampil mengenakan dasi sendiri, membuat Bili yang menyimpulkan dasi ke lehernya sendiri dan setelah selesai, kemudian ia melepaskan dasi yang tersimpul itu lalu memberikannya kepada Ibra. "Kamu perintahkan dia untuk memasangkan saya dasi!" Ucap Ibra membuat Bili membuka mulutnya, kenapa ia yang harus memerintahkan istri bosnya ini untuk memasangkan dasi. Bili menatap keduanya dengan tatapan menyelidik dan ia menghela napasnya karena hubungan keduanya lebih terlihat seperti orang asing, daripada sepasang suami istri. "Pak...Bu jangan bilang malam tadi kalian tidur terpisah?" Tanya Bili membuat Rima melototkan matanya dan Bili segera merutuki kebodohannya, karena menanyakan hal ini kepada keduanya. "Dia terlalu kurus untuk saya tiduri," ucap Ibra dingin. Rima mengepalkan kedua tangannya, karena suami brengsekknya ini telah menghinanya. "Bilang saja kalau kamu tidak suka perempuan, kamu lebih suka modelan batangan seperti asistenmu ini!" Ucap Rima, membuat Ibra mengeraskan rahangnya. Hanya Rima yang sangat berani melawannya dan bisanya orang yang mengenalnya akan tunduk kepadanya. Rima seolah tidak takut dengannya dan itu membuat Ibra sangat kesal melihat tingkah Rima yang menolak perintahnya. Bili menghela napasnya sepertinya bosnya ini dan istrinya, memilki komunikasi yang sangat-sangat buruk tapi sekarang ini keduanya memilih untuk tinggal bersama. Ia tidak mengerti kenapa keduanya tidak bercerai saja jika keduanya merasa tidak cocok satu sama lain, apalagi seharusnya yang menikah dengan Ibra bukan Rima tapi Anya tunangan Ibra. Rima yang kesal segera melangkahkan kakinya keluar dari Apartemen ini. Setidaknya dengan ia yang berani membalas ucapan Ibra, hatinya sedikit lebih tenang. Ia bukan Rima yang selama ini diam diperlakukan tidak adil oleh laki-laki yang telah menjadi suaminya itu. Setidaknya ia masih memiliki sedikit harga diri dan ia akan berusaha agar bisa bercerai dari Ibra. Rima menahan dirinya untuk tidak menangis saat ini dan rasanya ia benar-benar lelah menghadapi semua masalah dihidupnya. Ia melihat ponselnya berbunyi dan lagi-lagi keluarga ayah kandungnya menghubunginya, untuk meminta uang padanya. Rima sengaja tidak mengangkatnya dan ia melangkah kakinya dengan cepat menuju motor miliknya. Rima memang menjual mobil pemberian Papi tirinya yang selama ini telah membesarkannya. Ia membutuhkan uang untuk membayar pengacara Maminya dan juga memberikan sisa uangnya untuk ayah kandungnya. Sejujurnya sulit untuknya mengabaikan mereka semua, meskipun harusnya ia bisa melakukannya. Rima mengendarai motornya dengan kecepatan sedang dan beberapa menit kemudian ia sampai di hotel tempatnya bekerja. Rima memarkirkan motornya, ia segera melangkahkan kakinya menuju ruang penyimpanan barang karyawan dan setelah itu ia menuju resepsionis. Seperti biasanya hotel akan terlihat ramai dipagi hari ini akan ada tamu yang mulai bersiap untuk checkout dan nanti pukul satu siang, biasanya akan ada tamu checkin. Rima juga telah memeriksa jadwal miliknya dan ternyata hari ini akan ada rapat besar di Hotel ini karena pemilik hotel akan datang berkunjung. "Rim, kemarin Bu Cindy minta kita buatin draf rapat untuk laporan pengunjung, dia minta dibuatkan diagram juga sebagai bahan presentasinya," ucap Ida. "Da, sebenarnya itu bukan tugas kita, tapi Bu Cindy kebiasaan banget minta ini itu mendadak padahal itu bukan kerjaan kita," ucap Rima. "Iya sih...tapi mau gimana lagi penilaian kerja kita bisa saja diberikan nilai buruk oleh Bu Cindy dan kita bisa dipecat Rima, aku bertahan kerja disini itu karena sulit mendapatkan gaji yang lumayan apalagi aku adalah resepsionis senior disini," ucap Ida. Ida seorang perantau karena kedua orang tuanya berada di Sumatra dan ia adalah tulang punggung keluarganya. Tiba-tiba Cindy mendekati mereka dan seperti biasa ia akan berpenampilan menarik dengan menujukkan lekukan tubuhnya yang seksi dibalik jas yang ia kenakan agar terlihat menawan. "Mana data yang saya minta!" Pinta Cindy. Ida menyenggol lengan Rima membuat Rima menghela napasnya dan ia mengeluarkan flasdisk miliknya lalu memberikannya kepada Cindy. "Belum kamu print? Astaga kamu ini gimana Rima bener-bener minta dipecat kamu ya!" Kesal Cindy membuat beberapa orang yang lewat menatap kearah mereka. "Mau dipecat kamu, hah?" Teriak Cindy dan ia terlihat sangat kesal saat ini. Rima mengepalkan tangannya, ia memang baru enam bulan ini bekerja di hotel ini dan ia memilih posisi resepsionis karena ia tidak ingin bekerja di perusahaan Papinya. Kakak tirinya yaitu Ronal pernah mengatakan padanya, jika ia akan mengizinkannya untuk bekerja di Perusahaannya asalkan ia menikah dengan Ibra. Namun harga diri seorang Rima begitu besar dari pada ia bekerja di perusahaan Papi tirinya, yang telah membesarkannya lebih baik ia bekerja di tempat lain. Rima tidak ingin menjadi tidak tahu diri dengan berhutang budi lebih banyak lagi kepada Papinya, sementara dulu masalalunya juga kelam ketika ia tinggal bersama mereka. "Silahkan saja kalau ibu mau memecat saya!" Ucap Rima. Ia tidak akan memohon agar tidak dipecat dan jika ia dipecat, ia tinggal mencari pekerjaan lain meskipun pasti akan kesulitan mencari pekerjaan dihotel lain. Plak...Cindy menampar Rima karena telah berani melawan perintahnya, membuat Ida sangat terkejut. Kejadian ini ternyata dilihat oleh sosok tampan yang terlihat sangat berwibawa yang baru saja datang bersama asistennya. "Di mana ruang rapat?" Tanyanya kepada Ida dan mengabaikan perempuan yang baru saja ditampar itu. "Ini Pak Ibra Kertanegara dan beliau..." ucap Bili dan ia melirik Rima yang saat ini menatap mereka dengan tatapan ramah hingga membuat wajah Cindy memerahnya. Cindy tersenyum ramah kepada mereka dan seperti biasanya, ia akan mencoba mengambil muka terlebih lagi saat ini ia berhadapan dengan pemilik hotel. "Saya Cindy Pak, saya akan mengantar Bapak!" Ucap Cindy tersenyum ramah. "Oke," ucap Ibra dan ia mengacuhkan Rima yang saat ini menatapnya dengan tatapan tak kalah dingin. Ibra melangkahkan kakinya menuju lift, membuat Bili menghela napasnya melihat tingkah laku Ibra. Jika Ibra tidak menginginkan istrinya ini, harusnya Ibra segera menceraikan Rima dan sejujurnya Bili merasa prihatin melihat Rima diperlakukan seperti itu. Rima mengepalkan kedua tangannya dan ia merasa sangat kesal, dengan tingkah laki-laki yang telah berstatus menjadi suaminya itu. Hanya status tapi Ibra bukanlah suaminya yang sebenarnya dan melihat sikap Ibra yang seperti itu kepadanya membuat benar-benar merasa hidupnya akan terus menderita jika ia tidak bercerai dari Ibra. Tiba-tiba air mata Rima menetes, membuat Ida merasa khawatir melihatnya. "Ibu Cindy memang keterlaluan Rim, kamu nggak apa-apa?" Tanya Ida. "Nggak apa-apa," ucap Rima dan ia segera menghapus air matanya dengan cepat. "Aku ke toilet dulu!" Ucap Rima. "Oke," ucap Cindy. Rima melangkahkan kakinya menuju toilet dan ia segera masuk kedalam toilet, lalu duduk dicloset mencoba menahan dirinya untuk tidak menangis. Ponselnya tiba-tiba berbunyi dan nama ibu tirinya tertera disana, membuat Rima menghembuskan napasnya. Ia mengangkatnya dan mendengar suara kesal ibu tirinya itu. "Kamu ya Rima kenapa belum mengirimkan uang untuk biayaya perawatan bapakmu ini?" Tanyanya. "Saya sudah lebih dari cukup mengirimkan uangnya Bu dan sekarang saya tidak memiliki uang lagi," ucap Rima. Uang tabungannya sudah banyak terkuras karena membantu mereka dan bodohnya ia yang memiliki sifat yang mudah kasihan ini, telah membantu mereka semaksimal mungkin. "Kamu punya orang tua kaya, harusnya kamu minta bantuan mereka!" Ucapnya. "Kenapa harus saya meminta bantuan kepada Papi saya yang tidak ada kaitan dengan permasalahan ini, Ibu tahukan kalau Mami kandung saya berada didalam penjara karena apa? Karena karena telah menyakiti anak kandung Papi tiri saya, jadi bagaimana mereka akan membantu saya memberikan uang untuk kalian," ucap Rima dan ia menutup ponselnya dengan kesal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN