part 4

1136 Kata
Bian POV Aku merapikan berkas di mejaku, pada jam makan siang aku ada meeting di luar dengan klien. Aku memanggil Reno, asistenku untuk membawa berkas berkas yang akan dibawa meeting. Aku mempunyai 2 asisten untuk membantuku di kantor yaitu Reno dan Adi, aku sengaja tidak mempekerjakan asisten atau sekertaris wanita. Hanya Reno dan Adi yang aku percaya mendampingiku untuk meeting dengan klien klien besar. Kami bertiga memasuki lift untuk turun ke lobby dan menuju resto dimana kami akan meeting, aku keluar dari lift dan pandanganku langsung tertuju pada seorang gadis yang berada di lobby. Dia memakai kartu visitor yang berarti dia bukan karyawanku. Gadis itu juga memandangku dan sepertinya wajahnya familiar. Entah apa yang kemudian terjadi hingga gadis itu menabrak tubuhku, dia tidak bisa menguasai tubuhnya dan limbung untungnya aku segera memegang pinggangnya sehingga ia tidak terjatuh. Ah aku ingat, gadis ini adalah gadis yang sama yang menabrak aku di area parkir mall waktu itu. Sungguh gadis yang kikuk. Dengan cepat ia melepaskan diri dari peganganku dan minta maaf dan meninggalkan aku. Ia menuju ke sofa dan duduk Disana, sepertinya ia akan menemui seseorang disini. Aku kembali berjalan Menuju pintu lobby, sebelum aku keluar aku menoleh padanya dan tersenyum. Entah apa yang membuat aku melakukan itu, padahal aku paling tidak bisa tersenyum dengan orang yang baru aku kenal. Aku bahkan tidak mengenal gadis itu untuk apa aku tersenyum padanya. Aneh sekali. Dalam perjalanan ke resto aku mencoba memejamkan mata karena semalam aku baru tidur pukul 2 pagi, itu karena Putri, putri semata wayangku belum pulang. Dia selalu pulang di atas jam 12 malam, memang aku terlalu memanjakannya hingga membiarkannya melakukan semua hal yang diinginkannya. Sejak mamanya meninggal 5 tahun lalu, Putri jadi lebih sering bergaul dengan teman-temannya dan pulang dini hari. Aku merasa gagal mendidiknya karena lebih memanjakannya dengan harta tanpa memberikan pendididikan sebagai orang tua. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga Putri kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Untungnya walau ia sering keluar malam, tapi aku tak pernah mendapatinya dalam keadaan mabuk dan semoga saja tidak pernah terjadi. Sesaat aku terlelap tapi aku tersentak bangun membuat Adi dan Reno terkejut. "Bapak kenapa?" tanya Reno padaku. "Tidak apa apa Ren, hanya Aku mimpi aneh tadi," jawabku. Aku mengingat apa yang ada dalam mimpiku tadi, gadis itu, ya gadis yang 2 kali menabrakku di waktu yang berbeda. Kenapa dia bisa berada dalam mimpiku tadi, sungguh hal yang aneh. Kami sampai di resto dalam waktu 15 menit. Ini adalah meeting yang tercepat dalam masa aku menjadi pengusaha. Meeting di luar minimal 30 menit tapi saat ini dalam waktu 10 menit mereka sudah deal dengan proyek yang aku tawarkan. Mereka percaya tanpa harus banyak presentasi, karena mereka tahu reputasi perusahaanku. Reno, Adi dan aku langsung kembali ke kantor setelah penandatanganan kontrak selesai. Aku meminta Adi dan Reno kembali dulu ke atas karena aku menerima telepon dari Putri, ia minta izin untuk menginap di rumah sahabatnya. Ya walaupun dia manja dan seenaknya, dia masih bisa sopan santun meminta izin padaku jika keluar atau menginap di rumah temannya. Aku memasuki lobby dan semua karyawan menunduk hormat padaku, itu memang yang biasa mereka lakukan saat aku melewati lobby ini, kuedarkan pandanganku ke seluruh penjuru lobby dan aku melihat gadis itu bersama dua orang temannya, yang aku rasa adalah karyawan di perusahaanku karena memakai tanda pengenal perusahaan. Aku berhenti dan melihat gerak gerik mereka, yang seperti gadis muda kebanyakan ngobrol sambil tertawa-tawa. Tanpa kusadari aku tersenyum melihat hal itu. Aku lihat gadis itu mulai pergi meninggalkan teman temannya dengan melambaikan tangannya. "Kei......jangan lupa weekend ya?" teriak salah satu dari mereka pada gadis itu. "Ok," jawab gadis itu yang ternyata bernama Kei, ia menuju meja resepsionis mengembalikan kartu visitor. Kei...mmmmm....nama yang bagus, entah itu kependekan dari nama apa, aahh apa yang kupikirkan. Kenapa aku perduli siapa namanya, ini kenapa otakku selalu fokus pada gadis bernama Kei itu. Ah sudahlah aku harus naik ke ruanganku, setelah jam makan siang akan diadakan rapat rutin bulanan untuk mengetahui kinerja tiap divisi. Rapat berjalan Lancar dan tiap divisi memberikan laporan yang memuaskan, aku mengucapkan terima kasih atas dedikasi mereka selama ini pada perusahaan. "Bulan depan saya akan mengadakan family gathering di Anyer, kalian boleh membawa keluarga, pacar, atau teman untuk mengikuti acara itu. Maksimal 5 orang." Ucapku mengakhiri rapat hari ini. Aku meminta stafku membentuk panitia untuk acara gathering tersebut. Karyawan di perusahaanku ini ada ribuan jadi perlu panitia khusus untuk sebuah acara family gathering, ini adalah caraku berterima kasih pada mereka. Setelah rapat aku kembali ke ruanganku dan memeriksa laporan, ada sebuah amplop yang luput dari pandanganku. Aku buka dan isi amplop tersebut membuat terkejut. Ini adalah laporan dari bagian administrasi kampus tempat Putri kuliah. Pemberitahuan bahwa ia mendapat nilai F dalam mata kuliah matematika bisnis. Bagaimana bisa ia melakukan ini, matematika bisnis adalah mata kuliah penting dalam jurusan manajemen yang ia ambil. Bagaimana aku bisa mempercayakan bisnis yang aku rintis dari nol padanya kalau dia ogah ogahan dalam mata kuliah utama pada jurusan yang ia ambil. Tapi aku harus menunggu esok hari untuk menegurnya karena ia tadi sudah izin menginap di rumah temannya. Oooo----oooO Putri hanya menunduk dan tidak berani menatap mataku saat aku tanyakan tentang nilai F yang ia terima di mata kuliah matematika bisnis. "Pokoknya papa nggak mau kamu dapat nilai jelek di mata kuliah ini, kamu harus lulus di mata kuliah matematika bisnis ini sayang. Papa lihat kamu bukan anak yang bodoh sampai harus mendapat nilai F. Jelaskan ke papa," cecarku padanya. Putri masih diam, kami sedang duduk berhadapan di sofa ruang tengah rumah kami. "Jawab sayang," "Aku sebel sama dosennya pa," jawabnya kemudian. "Sebel? sebel kenapa? dia menggoda kamu?" Putri menggeleng. "Lalu kenapa Putri?" "Putri nggak suka, dia terlalu muda untuk mengajar Putri yang akan berusia 23 tahun ini." "Memang berapa usianya sayang, kenapa kamu sampai segitunya?" "25 tahun dan dia sudah doctor pa." "Bagus dong, itu berarti dia genius. Masih muda tapi sudah doctor." "Tapi Putri nggak mau pa? itu seperti yang mengajar temen sendiri karena usia tak jauh beda." "Papa tidak mau tahu, kamu harus masuk di kelas dosen tersebut." "Tapi pa, Putri sudah walk out dari kelasnya, bagaimana bisa Putri masuk lagi." "Kamu datangi rumahnya dan minta maaf padanya." "Ogah ah pa." "Putri, papa tidak menerima penolakan. Kalau perlu papa antar kamu kesana. Sepertinya ide bagus kalau papa antar kamu kesana. Kamu minta alamat dosen kamu itu, lusa kita ke rumahnya" "Tapi pa........" Putri masih protes tapi aku berjalan meninggalkannya yang masih duduk di ruang tengah. Aku tak menyangka putriku walk out dari kelas hanya karena dosen yang mengajar masih sangat muda, aku jadi ingin tahu seperti apa dosen Putri itu. Jarang sekali seorang anak muda masih berusia 25 tahun sudah menyelesaikan pendidikan S3. Tapi yang paling penting adalah aku harus mengajak Putri ke rumah dosen itu untuk meminta maaf dan memintanya mengijinkan putri masuk kembali ke kelasnya. Lynagabrielangga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN