BAB 4 Eric marah

871 Kata
"Cepat selesaikan pekerjaanmu dan siapkan pakaianku!" Eric berjalan pergi kembali ke kamarnya. Emy buru-buru mengumpulkan sisa pecahan kaca yang masih berhamburan di lantai kemudian  memasukkannya kedalam tong sampah di luar sambil berlari karena harus segera menyusul Eric ke kamarnya. Sepertinya Eric sudah berada di kamar mandi saat Emy bergegas menyiapkan pakaiannya di atas tempat tidur. Emy mengambil baju, celana, pakaian dalam dan menyusunnya berurutan sesuai panduan yang sudah dia baca, baru kemudian buru-buru keluar sebelum Eric selesai mandi. Karena menurut catatan Eric akan marah jika masih ada orang di kamarnya saat dia selesai mandi. Lagi pula Emy juga tidak mau melihat pria dewasa yang baru keluar dari kamar mandi. Emy memang payah tentang pria, bahkan dia belum pernah dekat dengan pria manapun sampai usianya dua puluh empat ini. Sepertinya Eric masih marah sampai jam makan malam. Emy menyiapkan semua makanan yang sudah dia panaskan di dalam microwave sesuai petunjuk orang dapur yang super detail dan tidak boleh ada yang salah. Emy benar-benar harus menempatkan makanan di posisi yang tepat. Sayur di sebelah kiri daging di sebelah kanan, takaran karbohidrat juga harus tepat. Sendok pisau dan garpu semua di susun di jarak yang juga sudah di tentukan agar Eric tidak salah mengambilnya. Sebelumnya Emy tidak pernah menyangka jika menyiapkan makanan untuk Eric akan seribet ini. Kenapa dia tidak di suruh menyuapinya saja, karena akan jauh lebih mudah dibanding dia harus menghafal posisi sendok dan jaraknya. "Ambilkan aku Air. " Eric malah cuma meminta air mineral dan hanya makan beberapa sendok dari piringnya kemudian pergi begitu saja tanpa bicara. Setelah Eric pergi, Emy sempat penasaran dan ikut mengicipi sedikit sisa makanan tersebut, tapi sepertinya tidak ada yang salah. Dia yakin jika Eric masih marah dan ingin balas menghukumnya dengan ikut-ikutan menjadi bisu. Mungkin stress juga bisa memicu orang dewasa bertingkah seperti anak-anak. Emy hanya mendengus maklum, merilekskan punggungnya yang sempat tegang karena usahanya seperti tidak dihargai sama sekali. Karena Eric langsung kembali ke kamarnya, jadi Emy pikir Eric sudah mau tidur. Emy baru-buru menyusul untuk menyiapkan tempat tidur, membantu menempatkan bantal dan menarik selimut. Meski Eric terus mengacuhkannya,tapi Emy tetap haris mengerjakan tugasnya. Setelah Eric naik ketempat tidur pun Emy masih harus menunggunya sejenak. Memastikan dulu sampai Eric sudah benar-benar tidur tidak lewat dari jam sembilan baru dia boleh ikut beristirahat. Emy benar-benar menunggu sampai nafas Eric terlihat tenang dan teratur,  yang artinya tugasnya hari ini juga sudah selesai dan dia bisa pergi ke kamarnya sendiri Emy segera masuk ke kamar berharap untuk segera tidur. Karena itu sebenarnya Emy masih belum ingin menelpon Anna. Tapi ketika menghidupkan ponsel dan ternyata Anna sudah puluhan kali mengirim pesan dan tidak sabaran, dia jadi ingat jika belum memberi kabar pada sepupunya sama sekali. Emy memang melarang Anna menelpon lebih dulu. Eric pasti akan curiga jika  sampai mendengar ponselnya berdering, seharusnya memang tidak ada yang menelpon orang bisu karena itu Emy selalu mematikan ponselnya selama bekerja. Emy baru menghidupkan ponselnya lagi setelah tengah malam saat yakin Eric sudah tidur dan tidak akan mendengarkan obrolannya. "Bagaimana pekerjaanmu? " tanya Ana buru-buru begitu Emy menelponnya. "Yang jelas aku masih hidup," sarkas Emy dengan nada lemas. "Apa maksudmu?" cemas Anna. "Bukan apa-apa aku masih bisa mengatasinya." Pikir Emy, tidak ada gunanya berdiam diri dengan orang bisu, dia yakin jika Eric juga akan segera bosan mengunci mulut. "Apa dia seperti monster? " "Sebenarnya dia tampan, walau saat marah jadi tidak peduli sama sekali jika sebenarnya wajahnya itu tampan." "Oh!" pekik Anna yang jadi sulit membayangkan penjelasan Emy yang berputar-putar. "Apa dia menyiksamu? " "Tidak secara fisik, tapi secara mental dia bisa membuatku gila." "Oh,Emy!" "Sudahlah memang itu tugasku aku bisa mengurusnya kau tidak perlu khawatir." "Bagaimanapun kau tinggal satu rumah dengan seorang pria, Emy! bagaimana aku tidak menghawatirkanmu." "Ingat dia buta Anna dia tidak akan bisa berbuat apa-apa padaku."____"Sebenarnya Eric baik, cuma agak pemarah dan gampang tersinggung." "Dan tampan," sambung Anna," tapi jangan sampai kau bertoleransi dengan wajah tampannya jika dia sampai berani kurang ajar pukul saja kepalanya!" "Jangan khawatir, aku bisa menjaga diri ,"____ "dan aku akan menelponmu tiap malam asal kau tidak merasa terganggu." "Tentu kau akan sangat mengganggu." "Jangan bohong, kau tidak pernah punya teman kencan," Ejek Emy untuk menggoda sepupunya yang paling betah melajang. "Jangan sembarangan!" tepis Anna. Emy tertawa. "Aku butuh teman bicara  untuk melenturkan lidahku setelah harus menjadi bisu seharian."  Akhirnya tawa Anna ikut pecah karena membayangkan betapa konyol pekerjaan sepupunya yang harus mengurus pria dewasa dan masih harus berpura-pura bisu. "Apa benar-benar tidak ada orang lain di rumah itu? " "Ada tukang bersih-bersih rumah dan koky, tapi mereka hanya part time dan akan langsung pulang setelah pekerjaannya selesai." "Ada juga seorang Dokter yang akan rutin berkunjung tiga hari sekali, itu yang kutahu dari jadwal," tambah Emy," mungkin besok dia akan berkunjung. "Aku ikut senang jika kau tidak menemui masalah yang berarti," lega Anna. "Eric hanya bertanya berapa orang tuanya membayarku." "Oh, lalu? " Anna penasaran. "Aku diam saja, ingat aku bisu,"  santai Emy. "Lalu? " ulang Anna yang ternyata masih aja penasaran. "Dia menawarkan dua kali lipat jika aku lebih loyal padanya." "Apa dia waras?" heran Anna, karena bagaimanapun gaji enam puluh juta memang agak kurang masuk akal. "Eric membenci Mr. Hardy. " "Oh! " pekik Anna langsung membekap mulutnya sendiri yang spontan menganga. "Aku hanya tidak ingin terlibat dengan konflik internal mereka, karena aku di sini untuk bekerja."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN