Ivi Aku mengucek mataku berkali-kali untuk mengilangkan rasa kantuk. Mas Ravi sudah nggak ada di sampingku, itu berarti dia udah bangun. Jam berapa sih ini? " Hah? Jam setengah sepuluh?" Mataku mendelik begitu melihat jam dinding di kamar. Begitu kutoleh samping, ada segelas s**u yang sudah dingin dan dua lapis roti bakar selai strawberry. Praktis aku tersenyum dan tanpa babibu langsung kucomot rotinya. Bodo amat sama cuci muka dan sikat gigi. Mumpung Mas Ravi nggak ada juga. Hehe. Kunyahanku berhenti sejenak ketika ingat kejadian semalam. Kenapa aku bisa gemetaran begitu ya? Tiba-tiba saja waktu Mas Ravi menciumku lebih berani bayangan perempuan malang itu berputar di otakku. Padahal semalam Mas Ravi hanya -emmm ya gitu. Dia masih ingat kalau aku masih halangan, jadi dia tahu betul bat