Kaizen benar-benar dibuat tak berdaya. Bukan hanya mual muntah, tapi dia juga tidak bisa tidur dengan nyaman. Obat yang diresepkan Andrew dan Monna tidak ada yang bekerja. Sudah dua hari sejak rasa mual menyerangnya, dia bukan hanya tidak bisa makan, bahkan juga tidak bekerja. Andreson dan Roana, asistennya di kantor, sibuk pontang-panting menggantikan tugasnya. Sesekali mereka menelepon untuk meminta keputusan, tapi Kaizen hanya menjawab seadanya, suaranya lemah. Sea makin tak tega. Dia sudah mencoba segala cara. Mengompres perut dengan handuk hangat, memijat keningnya, bahkan membuatkan bubur hangat dengan harapan Kaizen bisa menelan setidaknya satu sendok. Namun, semua usaha itu sia-sia. Kaizen tetap terkulai lemas. “Kalau begini terus, aku akan membawamu ke rumah sakit!” seru Sea