Ferdinand Randal hanya menatap Nadira dengan senyum sinis yang penuh kemenangan, matanya berbinar melihat betapa kuat pengaruh kata-katanya terhadap wanita itu. Dia telah berhasil menusuk langsung ke dalam hati dan kepercayaan Nadira—dan itulah yang diinginkannya sejak awal. Nadira, yang berada di ambang batas antara keputusasaan dan kemarahan, merasakan dinding pertahanannya runtuh seketika. Dadanya naik turun dengan cepat, napasnya tersengal-sengal oleh tekanan rasa kecewa yang tak tertahankan. Wajahnya memerah karena amarah dan sakit hati. "Kalian semua bajingann!" teriaknya, suara Nadira menggema di ruang kosong bekas pabrik itu, penuh dengan kemarahan yang bergejolak. "Kau, Randal, dan Yehuda—kalian semua sama saja! Pembohong, manipulatif, dan pengecut!" Teriakan Nadira begitu kera

