Nadira melangkah masuk ke dalam penthouse dengan perasaan kesal. Setiap langkahnya terasa berat, seolah-olah udara di sekitarnya telah berubah menjadi kabut yang menyesakkan d**a. Kemarahan Yehuda yang baru saja meledak di depan pintu masih bergema di benaknya, membuatnya bingung dan tidak nyaman. Ia tidak mengerti kenapa pria itu bisa begitu marah hanya karena dirinya keluar dengan seorang teman. Nadira menahan diri agar tidak meluapkan emosi, berkata dengan suara dingin, "Aku hanya jalan-jalan dengan seorang teman, Yehuda. Kenapa kamu bisa semarah ini?" Yehuda wajahnya masih tegang, suaranya tajam saat menjawab, "Kamu tahu kenapa aku marah, Nadira. Kamu tidak bisa begitu saja menghilang tanpa kabar, apalagi dengan seorang pria yang aku tidak tahu siapa." Nadira membalas dengan nada

