Nadira menoleh padanya, ekspresinya tetap tenang meski ada sedikit keterkejutan di matanya. "Terima kasih, Marco, tapi aku sudah memesan transportasi." Marco mengerutkan alis, sedikit kecewa namun tidak menunjukkan perasaannya terlalu banyak. "Aku hanya ingin memastikan kau sampai dengan aman, Nadira. Tidak ada maksud lain." Nadira tersenyum tipis, namun langkahnya tetap mantap menuju pintu. "Aku menghargai perhatianmu, tapi aku baik-baik saja." Marco berhenti sejenak, memandangnya dengan ekspresi campuran antara kekaguman dan rasa penasaran. Dia tahu Nadira tidak berbicara hanya untuk sopan santun. Wanita itu benar-benar menjaga jarak, mengunci hubungan mereka di dalam ruang profesional. "Baiklah," akhirnya Marco berkata sambil mengangkat tangannya menyerah. "Kalau begitu, hati-hati d

