Nadira merasakan ketegangan menyelimuti dirinya begitu Ferdinand Randal, pria yang sudah lama menjadi mimpi buruknya, melangkah ke arahnya dengan senyum yang sulit diartikan. Ferdinand Randal telah menjadi bayang-bayang yang menakutkan dalam hidup Nadira, seseorang yang lebih dari sekadar pengacara lawan—dia adalah ancaman yang tak terduga. Ferdinand menghampiri Nadira dengan langkah tenang, suaranya sarat dengan kepuasan yang menakutkan. “Selamat bertemu kembali, Nona Rodin. Ternyata dunia begitu sempit, ya. Kita kembali bertemu dalam kasus yang sama.” Nadira menahan napas, merasakan gelombang kebencian yang menggelegak dalam dirinya. Namun, dia tidak akan membiarkan Ferdinand melihat kelemahannya. Dengan segenap keberanian, dia menatap pria itu dengan tajam. Dia hanya menatap pria i

