Panggilan telepon dari Stephanie tidak segera mendapatkan respons. Namun atas dorongan yang dia sendiri tak mengerti, Stephanie menyingkirkan rasa enggannya. Dia berpikir bahwa ini adalah jalan terakhir setelah panggilan teleponnya kepada Rio juga tak bersambut. Maka Gadis itu berusaha untuk menghubungi lagi nomor yang sama. Pada usahanya yang ketiga, barulah panggilan teleponnya mendapatkan tanggapan. “Ya, Stephanie?” Suara itu terdengar berat dan penuh beban. Stephanie sampai terheran. Dia sampai merasa kehilangan memory tentang profil Si Pemilik Suara. Seseorang yang pada pertemuan pertama cukup dikaguminya, baik dari penampilan fisik, cara berbicara, bertindak, maupun mengambil keputusan itu. Namun sekian bulan ‘terpisah’, berfokus penuh dengan program yang diberikan kepadanya s