Di saat Stephanie tengah berpikir kapan dan bagaimana caranya dia dapat bicara dari hati ke hati dengan Kakak Tirinya tersebut, suara Ryan sudah kembali terdengar. “Steph, akumau minta maaf.” Seketika hati Stephanie kebat-kebit. Dia takut jangan-jangan Ryan akan bertindak nekad lagi, dengan meninggalkan perusahaan peninggalan Papa mereka. “Ryan, minta maaf soal apa?” tanya Stephanie dengan hati yang masih berdebar. “Ada Seseorang yang bakal mencari kamu nanti.” “Siapa? Ini urusan Orang suruhan lagi?” Mendengar suara ketus Stephanie, mendadak Ryan tertawa. Tawa yang dapat mengusir sedikit ketegangan Stephanie. “Pokoknya ada. Dan aku berdoa semoga keputusanku memberikan alamatmu kepadanya adalah hal yang benar.” Stephanie mengernyitkan dahinya. “Siapa sih?” “Kamu ini pura-pura ng