Pada akhirnya Tisha pulang bersama Samuel dengan menggunakan motor Samuel. Sedangkan mobil yang dikendarai Tisha tadi, dibawa pengawal lain atas perintah Samuel. Samuel tidak ingin mengambil resiko yang fatal lagi. Cukup satu kali dirinya tidak bisa melindungi nyawa seseorang.
Tisha sangat senang sekali di saat berada di atas motor bersama dengan Samuel. Tidak segan wanita itu melingkarkan tangannya ke perut Samuel. Membuat pria itu merasa tidak nyaman, terlebih lagi saat ini mereka sedang mengendarai motor. Otomatis hal seperti ini terlihat dengan orang lain. Hal inilah yang menjadikan Samuel merasa risih dengan pandangan orang yang tertuju pada mereka.
“Nona, tolong tangannya jangan seperti ini,” ucap Samuel seraya melepas tangan Tisha yang melingkar erat di perutnya. Namun, tangan wanita itu kembali lagi pada posisi sebelumnya. Dan malah Tisha saling menautkan jemarinya, mengunci tangannya agar pria datar ini tidak bisa melepas tangannya. Dengan posisi yang seperti ini, otomatis tubuh Tisha pun menempel pada tubuh Samuel bagian belakang.
Dapat dengan jelas Samuel rasakan sebuah benda yang menonjol di punggungnya. Sebisa mungkin Samuel untuk tidak menghiraukannya. Mengalihkan pikirannya dan fokus saja ke depan. Dia lelaki normal, tentu saja akan merespon sentuhan lembut yang seperti itu. Di tambah lagi dagu wanita yang sedang berada di belakangnya ini berada di pundaknya. Sehingga dengan jelas Samuel dapat merasakan hembusan napas Tisha di permukaan kulit lehernya.
Tisha tersenyum penuh arti di saat tubuh Samuel menegang. Terlebih lagi matanya melihat bulu halus yang berada di permukaan kulit Samuel berdiri. Dan juga telinga pria yang sedang berada di dekapannya ini memerah. Mungkin wajah dan mulutnya bisa membohongi dirinya. Namun, rupanya tubuh pria ini sangatlah jujur dengan apa yang ia rasakan.
Dengan jahilnya Tisha semakin mempererat pelukannya seraya menghembuskan napasnya dengan kasar dan ia arahkan ke permukaan kulit di sekitaran telinga Samuel. Sontak saja hal itu membuat tubuh Samuel lebih menegang dari sebelumnya. Tisha dapat merasakan itu. Sampai-sampai membuat pria ini tidak seimbang dalam mengendarai motornya. Hal itu membuat Tisha tersenyum penuh kemenangan. Karena berhasil menggoda pria yang tak tersentuh ini. Tidak mungkin Tisha membuang kesempatan yang datang kepada dirinya.
“Fokuskan pandanganmu,” bisik Tisha tepat di sebelah telinga Samuel. Rupanya gadis nakal ini belum puas jika menggoda Samuel berhenti di situ saja.
“Tolong hentikan jika tidak ingin terjadi sesuatu kepada kita, Nona. Karena tindakan Nona yang seperti itu mengganggu fokus saya,” geram Samuel pada nona mudanya ini. ingin sekali ia menurunkan gadis nakal ini.
“Apa salahku? Aku hanya memperingatkanmu agar fokus ke depan,” elak Tisha dengan menahan senyumannya.
“Lalu ini apa Nona?” Samuel menunjuk tangan Tisha yang begitu erat memeluk dirinya.
“Aku hanya tidak ingin jatuh saja. Karena Kak Sam melaju cukup kencang saat ini. Kalau aku lepaskan, bagaimana jika aku sampai jatuh? Kak Sam nggak mungkin menginginkan hal itu, bukan?” gadis nakal ini sangat pintar sekali dalam memilih sebuah alasan yang tepat.
Samuel hanya bisa menelan rasa geramnya terhadap gadis ini. Tidak mungkin dirinya menyelakakan anak dari majikannya sendiri. Itu sama halnya Samuel menghantarkan dirinya pada kematian di tangan ayah gadis ini sendiri.
Samuel lebih memilih diam dan membiarkan gadis ini berbuat semaunya. Ia menambah kecepatan laju motornya dan hal itu malah membuat Tisha semakin menempelkan dirinya pada Samuel. Tentu saja hari ini gadis itu menang banyak akan kesempatan yang selalu datang kepada dirinya.
Samuel tidak langsung mengajak Tisha pulang ke kediaman Bagaskara. Pria itu membawa nona mudanya singgah terlebih dulu ke sebuah tempat seperti saung. Ternyata Samuel mengajak Tisha untuk makan siang terlebih dulu, baru setelah itu pulang ke rumah. Pergi di pagi buta, dan menempuh perjalan yang sangat jauh. Setelah itu masih mengalami serangkaian yang biasa terjadi di depan matanya, bahkan orang terdekatnya. Rupanya pria ini membutuhkan asupan makanan untuk memulihkan lagi tenaganya.
“Kenapa singgah ke sini dulu, Kak? Apa jangan-jangan Kak Sam mau menjadikan ini kencan kita?” tanya Tisha yang menebak dengan seenak hatinya sendiri.
“Jangan suka berasumsi sendiri, Nona. Saya hanya ingin mengajak anda makan siang dulu, karena saya juga butuh asupan tenaga untuk menghadapi tingkah Nona yang melelahkan seperti itu,” jawab Samuel dengan nada yang sedikit kesal pada nona mudanya tersebut.
Melayani seorang wanita tenryata lebih melelahkan daripada terjun ke medan perang secara langsung. Ini merupaka hal pertama kali bagi Samuel melayani wanita yang menjadi majikannya. Terlebih lagi nona mudanya ini selalu saja menggoyahkan iman yang Samuel punya.
Tisha tersenyum mendengar jawaban yang dilontarkan oleh bodyguarnya ini. kemudian mereka melangkah masuk ke dalam saung tersebut. Samuel dengan sengaja memilih tempat ini daripada restoran mahal yang biasa mereka datangi. Karena Samuel tidak ingin menarik perhatian lawannya yang mulai bergerak terus mengintai dirinya. Entah, kali ini kesalahan mana lagi yang Samuel lakukan hingga sampai timbul lawan yang baru. Hidup pria ini sedari dulu memang tidak pernah damai. Selalu saja dihiasi dengan pertumpahan darah yang sering Samuel
Samuel memilih tempat yang agak dalam dari bangunan saung ini. Ia tidak mau sampai dirinya terdeteksi oleh pihak lawannya saat sedang bersama dengan Tisha.
“Kak Sam sudah terbiasa makan di sini ya?” gadis ini memang tidak pernah bisa untuk diam sebentar saja. Selalu saja ada hal yang ditanyakan.
“Lebih baik segera Nona makan sebelum nanti dingin,” balas Samuel dengan nada datarnya dan Tisha sudah terbiasa dengan sikap pria ini yang dingin seperti itu.
“Kenapa tadi mencariku sampai seperti itu? Katanya Kak Sam ada urusan yang sangat penting? Lalu dari mana Kak Sam tahu akau berada di cafenya Kak Rendra?” bukan Tisha namanya jika gadis ini akan menurut dan mengunci mulutnya agar tidak mengeluarkan suaranya. Gadis ini selalu mempunyai cara untuk membuat Samuel kesal kepada dirinya. Dan itulah tujuan Tisha yang sebenarnya.
Membuat Samuel kesal, karena dengan begituu aka nada sebuah obrolan ringan yang terjadi di antara mereka. Meskipun tetap saja pria itu selalu dengan anggapan yang dingin. Namun, hal itu tidak akan bisa menyurutkan niat Tisha yang ingin menahklukkan hati pria ini.
“Kak, jawab aku,” rengek Tisha yang tidak mendapatkan jawaban daari Samuel. Pria itu nampak menikmati sekali makanan yang ada di hadapannya. Tidak bergeming sama sekali dengan pertanyaan serta rengekan dari nona mudanya tersebut. Hal itu membuat membuat Tisha berubah kesal terhadap pria datar ekspresi tersebut.
Kemudian Tisha mulai menyentuh makanannya dengan wajah yang cemberut. Memakannya tanpa selera sama sekali.
Diam-diam Samuel menarik kedua sudut bibirnya saat melihat wajah nona mudanya itu ditekuk, namun juga melaksanakan apa yang ia ucapkan sebelumnya.