Sharvani menggaruk kepala saat melihat tumpukan barang belanjaan yang baru saja dikirim Mamanya sore ini. Tiga paper bag besar berjajar rapi di lantai, masing-masing berisi satu set baju bayi, sepatu dan kaus kaki, sarung tangan, serta topi mungil. Kalau saja kehamilannya sudah memasuki trimester ketiga, mungkin dia akan menerimanya dengan suka cita. Tapi kenyataannya, usia kehamilannya masih trimester pertama—terlalu dini untuk memulai belanja besar-besaran. “Kenapa? Mukamu kelihatan bad mood, Vani,” tanya Galindra, yang baru keluar dari kamarnya dengan mengenakan kaus polos dan celana training sehabis mandi. Di tangannya ada satu paper bag kecil, entah berisi apa, lalu dia duduk di sofa seberang Sharvani. “Mamaku, Mas. Habis kalap beli perlengkapan bayi,” jawab Sharvani sambil menunjuk