Arthur turun dari mobilnya ketika berhasil menyusul lamborghi yang berhasil memenangkan balap malam ini.
Entah semua terasa begitu lambat, ketika pintu mobil lambo itu mulai diangkat dan satu persatu kaki yang ditutupi sneakers biru itu mulai turun membawa sang empunya kaki keluar dari mobil yang membawanya pada kemenangan.
Betapa terkejutnya Arthur saat tau pembalap handal yang membawa lambo itu seorang wanita, wanita cantik dengan rambut coklat panjang yang menutup punggungnya yang sengaja diberi aksen curly di ujungnya.
"Seperti biasa, Katty memenangkan balapannya malam ini." Seru lelaki berkulit hitam dengan serenceng kalung rantai emas yang menggantung di lehernya.
"Dan ini hadiah mu, baby." Tambahnya sembari setumpuk uang pond yang terlihat menggiurkan dengan total yang tidak sedikit.
"Terimakasih, dude." Katelyn tertawa renyah.
**
Katelyn menyenderkan punggungnya di badan mobil milik Zera.
Katelyn menempelkan ponselnya di telinganya sembari melirik arlojinya yang menunjukan pukul dua pagi, sedangkan dia harus datang ke caffe unruk wancara pukul tujuh Pagi
"Zera, kau dimana?" Tanya Kate saat Zera mengangkat panggilannya.
"Aku? Bersenang-senang, apa lagi?" Zera terkekeh ringan.
"Bawalah mobil ku, dan segera pulang Katty sayang." Baru akan menjawab, Zera langsung menutup panggilannya membuat Katelyn mengumpat kesal.
"Kau orang di balik kemudi mobil ini bukan?" Katelyn langsung membalikan tubuhnya, di sebrang mobilnya di sana pria itu.
"My prince." Katelyn langsung menekuk kakinya dan membungkuk tanda hormat, namun karena dia terlalu gugup jadilah dahinya membentur badan mobil.
Arthur terkekeh melihat tingkah gadis di depannya, begitu menggemaskan di tambah dengan pipinya yang memerah malu.
"Selamat atas kemenangan mu." Arthur berdiri di samping Katelyn.
"Katty, right?" Tanya Arthur.
"Katelyn Madison, Your Highness."
"Bagaimana kau bisa melakukan itu? Maksud ku mengunakan teknik drifting dengan baik?" Tanya Arthur.
"Entahlah, dulu aku sering membawa kabur mobil ayah ku." Katelyn terkekeh dia tidak berani menatap iris biru tajam milik sang pangeran.
"Menarik, aku bukan pembalap yang baik kau tau." Arthur menunjuk ferarinya yang penuh dengan goresan parah, Katelyn pun mengikuti arah yang ditunjuk Arthur.
"Tentu kau yang terbaik, Your Highness." Ujar Katelyn.
"Aku sangat mengagumi permainan mu." Puji Arthur.
What? Kenapa terdengar sangat ambigu?
"Sebagai apresiasi ku, datanglah ke garasi pribadi ku. Kau bebas memilih mobil ku yang mana pun yang kau suka." Arthur memberi kartu namanya.
Demi Poseidon, apa ini nyata? Tampar aku, tampar. Teriak batinnya.
Dari kartu namanya saja berhasil membuat Kate terkesan dengan aksen elegan yang tak berlebihannya.
"Senang bisa mengenal mu, Nona Madison." Ucap Arthur.
"The pleasure is mine, Your Highness.” Sekali lagi Katelyn menekuk kakinya tanda penghormatan sebelum Arthur berlalu.
**
Tepat pukul delapan Katelyn tiba untuk wawancara kerjanya di sebuah caffe kenamaan di kota London, ini satu-satunya harapannya yang tersisa. Dia harus mendapatkan pekejaan ini agar dia bisa mengirimkan uang untuk keluarganya. Dengan sekali tarikan nafas panjang Katelyn mendorong pintu di depannya. Semoga kali ini Dewi Fortuna berada dipihaknya.
**
Arthur baru saja menghadiri peresmian rumah sakit khusus anak-anak. Hari ini akan menjadi hari yang cukup panjang mengingat beberapa tugas dan kunjungan yang harus dia lakukan. Arthur mengusap wajahnya kasar hari ini dia tidak dalam suasana hati yang baik. Gadis itu, dia seolah terjebak di pikirnya. Dia memang cantik, tapi jika dibandingkan dengan putri-putri atau selebritis yang mendekatinya jelas gadis itu kalah. Arthur sendiri tidak tahu apa yang membuatnya terus memikirkan gadis itu.
Berkali-kali Mike melirik tuannya dari spion tengah. Tuannya tidak terlihat baik sekarang ini.
“Anda butuh kopi yang mulia?” Tanya Mike.
“Ya, tolong berhenti di kedai kopi terdekat.” Jawab Arthur yang dibalas anggukan oleh Mike.
**
Beruntung untuk Katelyn dia diterima disini, dan dia langsg bekerja siang ini juga.
"Di sini sedikit kacau saat jam makan siang, begitu?" Katelyn langsung mengambil notes kecil untuk mencatat pesanan dari pelanggannya.
"Ya begitu kelihatannya." Ucap Vera yang membawa nampan yang terdapat kotak berisi fortune cookie.
"Tolong bawakan ini, ke meja di sana aku harus ke toilet." Tambah Vera seraya menyerahkan nampan itu.
Katelyn langsung membawa pesanan itu ke meja yang di tuju.
"Silahkan pesanannya tuan, semoga kau menemukan keberuntungan mu terimakasih." Katelyn langsung berlalu karena harus mendatangi pelanggan yang memanggilnya.
**
“Anda bisa menunggu disini yang mulia. Biar saya yang memesankan kopi untuk anda.” Ucap Mike.
“Aku turun Mike, lagi pula ini jam makan siang kenapa kita tidak sekalian makan siang?”Arthur turun dari mobilnya. Pengawalnya dengan sigap menngawal Arthur dan menyiapkan meja untuk tuan mereka.
Arthur duduk sembari membaca laporan di ponselnya menunggu pesanan yang sudah dipesankan oleh Mike.
"Silahkan pesanannya tuan, semoga kau menemukan keberuntungan mu, terimakasih." Arthur lantas mengalihkan pandangannya dari ponselnya, dia hanya menemukan secangkir espresso, beberapa roti manis, dan sekotak fortune cookies yang tadi dipesannya.
Arthur mulai meraih cangkir espressonya dan menyesapnya sedikit demi sedikit, dia memesan kue keberuntungan ini atas rekomendasi dari adiknya Athala. Dia bilang kafe ini memiliki kue keberuntungan yang enak, hal ini membuat Arthur ingin membuktikannya sendiri.
"Kau akan menemukan gadis cantik." Bacanya, Arthur terkekeh pelan saat membaca tulisan yang ada di dalamnya.
"Kau ingin mencoba keberuntungannya Mike? Mereka bilang aku akan menemukan gadis cantik." Arthur mendorong kotak kue itu ke arah Mike.
"Kau akan mendapat kabar gembira." Baca Mike.
"Baiklah aku akan menunggu kabar gembira itu, pangeran." Tambah Mike.
Arthur mengagguk, matanya menangkap objek yang menarik perhatiannya.
"Mike kau lihat dia? Bukankah dia gadis yang semalam itu?" Tanya Arthur sembari menunjuk Katelyn.
"Dia terlihat berbeda dengan kacamatanya, pangeran." Jawab Mike yang di tanggapi anggukan setuju oleh Arthur.
"Jadi, keberuntungan anda terjawab pangeran." Goda Mike.
"Saya juga mendapat kabar gembira bahwa pangeran ku menemukan gadis cantiknya." Tambah Mike.
"Panggilkan dia dan bayarkan pesananya." Ujar Arthur.
"Hey nona, bawakan bill kami." Mike melambaikan tangannya ke arah Katelyn.
**
"Hey nona, bawakan bill kami." Pria besar dengan pakaian serba hitam itu melambai ke arahnya.
Katelyn lantas mengagguk dan membawakan tagihan milik pelanggannya, sebelumnya Katelyn membenarkan topi dan celemek hitamnya.
"Silahkan Tuan." Katelyn memberikan bill itu lalu menunduk menatap sepatu sneakers putihnya yang nampak kusam.
"Ini nona, 30 pond kembalinya untuk mu saja." Katelyn menerima kembali buku hitam kecil itu.
"Terimakasih tuan." Ucapnya sembari sedikit membungkuk.
"Kau sangat terlihat cantik dengan kacamata itu, angkat dagu mu Miss Madison." Bisik Arthur tepat di telinga Katelyn.
Katelyn merasa pernah mendengar suara ini sebelumnya, tapi dia tidak berhasil mengingat siapa pemilik suara ini. Akhirnya Katelyn mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang membisikan kata-kata itu.
Matanya lantas membulat saat mengetahui Arthur lah yang berada di depannya membisikan kalimat itu.
"Your Highness." Tanpa mengurangi rasa hormat Katelyn menekuk kakinya tanda hormatnya.
"Senang bisa bertemu dengan mu lagi Miss Madison, tapi aku harus pergi sekarang." Arthur tersenyum tipis melihat betapa lucunya gadis di depannya ini.
"Ah ya, kapan kau akan mampir ke garasi ku?" Tanya Arthur.
"Malam ini mungkin, tapi itu jika anda tidak keberatan Yang Mulia." Ujar Katelyn.
"Baiklah, pukul 7 kau harus ada di sana Miss Maddison, aku menunggu mu."
**