Tak ada yang berubah dengan Hakuseki Gakuen. Tapi, yang kini terjadi di dalamnya tak bisa tak dianggap suatu perubahan.
Status. Di Hakuseki Gakuen, status adalah sesuatu yang sangat penting. Ao yang berubah statusnya dari seorang anak aneh miskin, namun pintar. Menjadi anak aneh yang pintar dan merupakan anak salah satu orang paling berpengaruh di Jepang. Ditambah dengan Akihara yang selalu menempel di sisinya bak cicak. Tidak semua warga Sekolah Hakuseki dapat menerima hal tersebut.
“Kalian tahu? Ternyata sebenarnya dia itu anggota keluarga grup Yatsuhisha, lho.”
“Apa kalian sungguhan percaya pada hal itu? Apa maksud anak itu sok berpura-pura selama ini? Sangat konyol dan tidak masuk akal.”
“Kalau menurutku sendiri aku rasa dia cuma ingin cari sensasi.”
“Menggelikan sekali. Seperti orang yang idak punya wajah dan harga diri.”
“Lihat saja gaya anak itu saat ini. Langsung tampak sok begitu.”
Ao sendiri hanya bisa menundukkan wajah lesu kala melewati sekumpulan anak yang sedang asyik bergosip ria tentang dirinya. Hatinya remuk redam. Alangkah baiknya jika mereka semua mati dan masuk neraka. Lagipula dia pemegang kontrak ilegal. Seharusnya tak ada yang bisa menghalanginya. Tapi, ia tertahan oleh ajaran para biarawati di masa kecilnya. Ia bertekad. Ia hanya akan membunuh orang yang pantas mati dan memerangi kesalahan yang terlalu lama dibiarkan terjadi pada pengaturan kematian. Pada para Dewa Kematian. Ialah yang akan menuntaskan suatu kematian. Suatu kehilangan agar tak membawa kesedihan bagi banyak orang.
“Selamat pagi,” salam Ao.
“Selamat pagi, Ao Kun.” Melihat wajah sahabatnya yang murung begitu mengganggu benak Shuuya. Ia tersenyum. Ditepuknya pundak Ao. “Jangan dipikirkan!” pintanya.
“Sekarang IQCI juga memata-mataiku. Aku akan semakin kehilangan dunia.”
Bagus. Ia membahasnya lagi. “Kau bisa ceritakan padaku soal hubunganmu dengan tempat itu. Saat ini juga. Aku tak ingin kau bersedih,” pinta Shuuya.
Iya. Aku akan segera mengetahui seluk beluk tempat itu. Lalu, aku dapat menghancurkannya. Pengganggu utusan Tuhan akan mendapat balasan yang setimpal.
Ao pun memulai kisahnya tentang suatu lembaga bernama IQCI, “IQCI adalah badan penyelidikan spesialis.”
Apa? Benar juga. Aku hanya bisa mengendalikan Ao jika akan mencabut nyawanya. Jika begitu waktu yang kumiliki hanya 1 minggu dua puluh tiga jam. Setelah itu Ao akan mati. Tidak. Aku pasti memiliki cara lain untuk mengetahui tempat apa itu.
“Mereka yang menyelamatkanku ketika aku menjadi korban perdagangan anak. Hanya itu,” lanjut Ao berwajah sendu.
Apakah benar hanya itu? Yang diucapkannya sesuai dengan yang dilaporkan oleh Erick, sih. Tapi…
Benar juga. Itu berarti aku tinggal membuat skenario baru. Skenario kematian yang seharusnya.
“Apa kau pernah mengatakan sebuah kebohongan padaku, Ao kun?” tanya Shuuya.
“Tidak pernah,” jawab Ao datar.
Setiap mengucapkan kebohongan kita akan kehilangan. Disadari atau tidak. Selama manusia masih memiliki perasaan.
Bel berdering. Kegiatan belajar mengajar di Hakuseki Gakuen pun dimulai. Kelas Ao dan Shuuya dimasuki oleh guru. Seorang guru yang bersamanya membawa masa depan tidak menyenangkan. Untuk Ao maupun Shuuya.
“Dia adalah anak dari kelas internasional yang mulai hari ini akan bergabung bersama kita. Silahkan perkenalkan diri,” pinta guru pada seorang siswa yang mengekorinya.
“Nama saya Akihara Takehiko. Saya adalah pelayan klan Yatsuhisha generasi kelima yang bertugas untuk menjaga Tuan Muda Ao. Dikarenakan usia saya yang sama dengan kalian. Pada akhirnya saya memutuskan untuk bersekolah di sini. Yoroshiku-onegaishimasu. Mohon bantuannya, semuanya,” ucapnya seraya merendahkan kepala.
Para siswi tentu saja senang menerima Akihara. Sudah ada bintang sekaligus pangeran Jepang di kelas mereka. Jika ditambah dengan Akihara. Maka hari-hari di kelas itu akan semakin sempurna.
Iya. Sempurna.
Guru mempersilahkan Akihara duduk. Namun, ia tak menuju bangku yang kosong. Ia langsung berjalan ke tempat duduk Ao dan Shuuya. Akihara melihat Shuuya dengan sinis. Shuuya membalas tatapan sinisnya. Wajah Ao gugup seketika.
“Minggir!” pinta Akihara tanpa intonasi.
Tubuh Ao yang belum sembuh akibat sambaran petir kemarin harus tersambar lagi. Ia mengangkat tangannya memohon konfirmasi dari guru. “Kenapa Akihara tidak duduk di bangku yang lain? Aku sudah duduk bersama Hashimoto-san sejak kelas satu.”
Shuuya membenarkan. Mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Seperti yang kita tahu. Semenjak jumlah kematian meningkat pesat kemarin. Pihak grup Yatsuhisha mengutus Akihara untuk melindungi Ao. Jadi, kupikir wajar jika ia ingin mengawasi Ao dari dekat.”
“Persilahkan saja, Hashimoto san,” lanjut guru.
Shuuya terperanjat mendengarnya. “Itu tidak bisa, Sensei!”
“Hashimoto san, aku pikir kau bisa pindah,” ulang guru itu. Mendesak.
Akihara menaruh tasnya di meja dan mendorong tubuh Shuuya menjauh dari tuan mudanya. Saat itu seperti kehancuran yang kedua. Kehancurannya setelah ia hancur karena kematian ayahnya. Dikemasi barang-barangnya di atas meja. Dengan berat ditinggalkannya bangku itu. Untuk pertama kalinya Shuuya ingin membunuh di luar tugasnya sebagai Rieki Shinmei.
Saat istirahat pun sama. Akihara tak melepaskan Ao sedikit pun. Bahkan ia melarangnya untuk mengobrol berdua saja dengan Shuuya.
Di lorong depan kamar mandi. Tempat yang jarang dilewati orang. Tempat yang sepi.
Ao menyudutkan tubuh Akihara di dinding. “Aku rasa kau tidak perlu melakukan semua ini,” ucapnya dengan raut penuh amarah. Berubah jauh dari wajah Ao yang selalu lembut dan ramah. Itulah wajah Gilbert.
“Apa Anda lupa? Raga yang saya gunakan ini adalah seorang Akihara Takehiko. Ia adalah pelayan Anda. Inilah yang harus ia lakukan. Jika ia tak melakukan ini saya pasti akan dicurigai. Ditambah dengan IQCI. Mereka bahkan tak akan segan mencurigai Anda seorang Rieki Shinmei.”
“Tak akan ada yang mencurigaiku selama Master tak mengatakan apa pun!”
Akihara menyilangkan tangannya. “Saya cukup terkejut bila Anda menyadari apa yang Master katakan.”
DUK. Ao menjatuhkan tinjunya pada dinding di samping kepala Akihara. Nafasnya terengah-engah. Menahan kesal dan emosi yang bercampur jadi satu.
“Saya pikir Anda tidak perlu terlalu melindungi Shuuya lagi. Tak ada untungnya. Lagipula bukankah tujuan Anda mendirikan IQCI adalah untuk menemukan kelima Rieki-Shinmei? Menghancurkan mereka? Mereka adalah calon penerus kesalahan kematian yang selanjutnya.”
Raut Ao melemah. “Tapi… bukan Hashimoto san.”
Akihara mencengkeram kedua pundak Ao kencang dan mendorong. Hingga punggung Ao menyentuh sisi dinding satunya.
“Saya tidak ingin Anda lemah! Anda harus mengelupas sisi kehidupan Anda sebagai Ryukamine Ao jika ingin mendapatkan diri Anda yang seorang Gilbert!”
Ao hanyalah tokoh fiktif. Tokoh fiktif yang hidup dari balik bingkai kacamata. Mata Gilbert sehat. Sangat sehat. Ao yang membuatnya sakit. Ao hidup dalam kebohongan untuk menutupi keberadaan sebuah individu bernama Gilbert. Awalnya ini semua berjalan mulus. Hingga timbul kecurigaan dalam diri Gilbert. Pribadi Ao yang bukan merupakan sahabat Shuuya. Gilbert atau Master mencurigai Shuuya sebagai seorang Rieki Shinmei. Makhluk yang harus dihancurkannya. Bagaimana jika ucapannya benar? Ao harus membuang sisa Ao dalam dirinya. Utuh menyisakan Gilbert. Seperti kata-kata seseorang di masa lalunya.
‘…buat mereka tak pernah menyadari bahwa kau ada.’
Berarti siapa pun dirinya bukanlah sesuatu yang penting.
“Ini adalah jalan yang kupilih. Aku tak akan menyesali keputusanku,” ucap Ao.
“Anda semakin menarik, my Lord. Jadi, Gilbert adalah pribadi yang akan melawan Rieki Shinmei. Sementara Ao adalah orang yang akan melindunginya. Yaah, terserah, sih. Saya akan mematuhi apa pun perintah Anda. Tapi, saya harap Anda berhati-hati. Jika Anda mati. Saya pasti akan tertangkap. Itu bukan hal yang bisa saya maafkan.”
“Kehilangan nyawa? Yang benar saja.”
Akihara meringis kecil. “Sudah saya duga. Hanya Anda manusia yang pantas mereformasi dunia ini. Hanya Anda manusia yang dapat menuntaskan kejenuhan ini.”
Ia adalah seorang pemegang kontrak illegal. Yang juga pemilik antigene. Paduan kekuatan sempurna untuk penguasa yang agung. Penguasa kematian ideal. Kehilangan yang kekal.
Til’ the end of the world…