Arvan's POV Kutarik napas dalam-dalam. "Saya pernah patah hati. Saya pernah melakukan kesalahan fatal dalam hidup saya. Dan saya menyesalinya hingga sekarang." Lalu kuceritakan semuanya secara detail, tidak ada yang kututupi sama sekali. Biar Pak Dodi tahu, bahwa aku menyesal tidak tanggung-tanggung. Bahkan aku juga menceritakan tentang pertemuanku dengan Melinda. Tentang aku yang diam-diam mendatangi Rama di sekolahnya. Ketika ceritaku makin detail, wajah Pak Dodi mulai berubah memerah. Tangan kanannya di atas meja mengepal. Aku siap, aku siap menghadapi kemarahannya. Emosi yang terpendam bertahun-tahun lamanya. "Kamu tahu ...," ucapnya dengan gigi gemertak. "Kamu tahu siapa perempuan yang sedang kamu ceritakan ini. Kamu tahu siapa Rama yang kamu sebut tadi?" 'Tahu, mereka adalah