Vi Ananda's POV Jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Aku masih duduk bersandar pada kepala ranjang sambil melihat-lihat foto anak-anak di galeri ponsel. Tadi sudah banyak artikel yang k****a, sampai bosan menunggu. Abian juga tidak terdengar menangis. Dia pasti kelelahan setelah main seharian dan tidak mau tidur siang pula. Capek. Akhirnya aku menarik selimut dan memutuskan untuk tidur. Baru juga memejam, pintu kamar perlahan terbuka. Mas Ilham tersenyum. "Mau tidur, ya?" tanya Mas Ilham sambil melepaskan jaketnya. Aku bangun dan kembali duduk. Mas Ilham mendekat, memberikan ciuman di keningku. Kemudian dia masuk kamar mandi. Saat dia sibuk membersihkan diri, aku bergegas membuka lemari. Mencari lingerie ditumpukkan baju. Belum sempat ketemu, lengan kokoh itu telah melingka