Selesai makan kami langsung pulang ke rumah Ibu. Saat tiba di sana, Syifa baru saja tidur siang. Mas Ilham tidur di sebelah anaknya, sedangkan aku pergi ke toko. Pak Alex menelepon lagi. Namun tetap tidak kuterima. Aku tidak ingin masalah makin runyam. Bagaimanapun juga aku harus memegang komitmenku saat memberi kesempatan Mas Ilham sekali lagi. * * * Alex's POV Aku mengambil tisu basah untuk mengelap darah di sudut bibir yang mulai mengering. Ujung bibir itu mulai bengkak saat kuperhatikan dari kaca toilet. Di luar dugaan, Ilham menghantamku sekuat itu. Dia terlalu khawatir saat aku bilang melihatnya masuk kamar hotel, di mana kami sedang meeting beberapa jam sebelumnya. Kenapa jadi munafik jika memang ingin menikmati tubuh perempuan lain. Tentu saja dia khawatir, ada Vi yang akan