Kami sampai di rumah sudah jam sembilan malam. Aku lebih dulu membersihkan diri dan Salat Isya. Mas Ilham masih mengecek jendela dan mengunci pintu. Setelah itu kami bertiga bercanda hingga larut malam. Rumah kembali semarak dengan celoteh Syifa. Mas Ilham juga merayunya agar Syifa kembali mau tinggal di sini. Dia mulai terpengaruh. Namun perkataan Ibu saat ku telepon setelah Syifa tidur membuatku kembali bimbang. "Kalau Syifa kamu ajak lagi. Ibu jadi kesepian, Vi." Pastinya Ibu mulai terbiasa dengan kehadiran Syifa di sana. Tentu saja beliau kehilangan jika Syifa ikut kami lagi. Padahal tiap hari selain mengurus toko, beliau akan disibukan dengan mengurus Syifa. Namun beliau menyukai kesibukan barunya. "Mas, ada meeting tahunan hari Rabu depan, Vi." Mas Ilham bicara setelah duduk di