Selesai menata kue, aku menemui gadis yang tadi menghampiriku. "Mbak, saya sudah selesai," kataku pelan. "Eh, iya. Mari ikut saya." Aku berjalan menaiki tangga, di belakang gadis itu. Ruangan bagian atas tak kalah mewahnya. Gadis itu mengetuk pintu berukir indah yang tingginya dua meter lebih. "Masuk!" terdengar suara dari dalam. Setelah membukakan pintu untukku gadis itu pergi. Aku masuk ke sebuah ruang kerja. Seorang pria berjas hitam berdiri tegak menghadap ke jendela kaca. Dadaku berdesir kaget saat dia membalikkan tubuhnya. Alex. Senyum terukir di bibirnya sambil melangkah mendekat. "Senang sekali bisa bertemu denganmu lagi. Apa kabar, Vi Ananda?" "Baik," jawabku cepat. "Kenapa tidak pernah mengangkat teleponku. Takut sama suamimu? Bukankah dia juga sedang selingkuh?" "P