"Mas!" panggilku. Hening. "Ya, Mas mengakui itu. Kami hanya terbawa keadaan. Bagaimana pun Mas masih mencintaimu," jawabnya tegas. Aku tertawa keras seperti orang tidak waras. Ya Allah, akhirnya aku mendengar pengakuan Mas Ilham. Haruskah aku bertanya berapa kali dia melakukannya pada perempuan itu selama empat tahun ini? Kutenangkan hati dengan menarik napas dalam-dalam. "Sudah, Mas. Maaf kututup teleponnya. Assalamu'alaikum." Telepon kubiarkan jatuh di atas kasur. Aku tidak ingin menangis lagi. Bukankah tujuanku liburan untuk menenangkan diri? Menyesal juga aku menanyakan hal tadi, yang akhirnya menambah sakit hati. Mengingat permintaan ibunya Nura, membuatku tak habis pikir. Bisa-bisanya seorang Ibu mengucapkan permintaan itu pada pria yang sudah menjadi suami wanita lain. Apa m