Shaka terbangun karena panggilan masuk dari ponselnya. Mengganggu tidur nyaman bersama dengan kekasih tercinta, Ziva. Matanya mengerjap membaca sekilas nama yang tertera di layar. “Ya?” Shaka menjawab dengan parau, masih mengantuk. “Dimana, Pa?” tanya dari balik layar. Suara yang Shaka kenali itu membuat seluruh kesadarannya kembali. Shaka sampai membangunkan Zivaa yang ikut terganggu karena gerakan terburu-burunya. “Siapa, Mas?” Zivaa berbisik, sedikit linglung. Masih setengah tidur. “Fasya,” cicit Shaka menyebutkan nama salah satu anaknya. Zivaa tergugu, menyimak tanpa berani menyela percakapan antara ayah dan anak itu. “Sudah di rumah?” ulang pria itu, memastikan kembali yang didengar. “Papa ada di apartemen. Tunggu sebentar, Papa segera pulang ke rumah.” Setelah telpon di tut