Lia menatap lelaki yang sudah jadi sahabat dekatnya itu sejak dari kuliah, sama seperti Shaka dan juga Guntur. "Apa?" ucapnya antara terkejut dan bingung. Toriq tersenyum. "Lupakan!" tepisnya seraya tertunduk sebentar dan melempar pandangan ke depan sana. Lia mengerutkan kening, telinganya tidak salah dengar tadi, hanya saja dia kaget mendengar dua kata itu terlontar dari mulut Toriq. Dia penasaran namun sepertinya agak canggung untuk mendesak Toriq soal itu, maka dia pun memilih mengiyakan saja dan mengabaikan debaran aneh di dalam dadanya. Setelahnya, suasana menjadi canggung. Mereka hanya terdiam satu sama lain sampai akhirnya tiba di restoran tujuan, Toriq membukakan pintu mobil untuk Lia. "Ayo, di sini enggak boleh jalan sendirian atau kamu disambar orang!" celetuk Toriq sambil