Selamat membaca Felix kembali menaikkan kecepatan motor sampai maksimum untuk meluapkan seluruh amarah yang mendera isi hatinya seperti terbakar. Emosinya belum padam sejak awal pertemuannya dengan Arifin. Antara marah, benci, kecewa, dan juga sedih semua bercampur aduk menjadi satu. Pria itu tidak bisa menahan diri untuk tidak membenci keluarganya yang kacau balau. Perasaan jenuh dan muak sering kali datang menghampirinya seakan mendorong Felix untuk pergi meninggalkan keluarganya. Namun suara hati kecilnya seperti menahan pria itu untuk pergi dan tetap bertahan di tengah-tengah keributan kedua orang tuanya yang membuatnya frustasi. Sudah berapa kali Felix mendapatkan klakson dari beberapa pengendara yang kesal dengan Felix yang mengendari motor secara ugal-ugalan. Mungkin ada bebera

