Mereka tiba di rumah Arka. Arka memarkir mobil di depan teras rumahnya. Arka menolehkan kepala, ditatap Dara yang duduk di sampingnya. "Ayo," Arka membuka pintu mobil, lalu ke luar dari mobil diikuti Dara. Hati Dara berdebar, ia merasa ini separuh nyata, separuh hanya semu semata. Dara merasa, ini semua terlalu tiba-tiba. Ia harus terjebak pernikahan dengan seorang pria yang baru ia kenal. Yang ia tidak tahu, seperti apa sesungguhnya sifat, dan kehidupan dari pria itu. Meski seluruh keluarganya, meyakini kalau Arka adalah pria baik, yang akan membuat hidupnya bahagia. "Ayo," Arka ingin menggapai lengan Dara, namun Dara menggelengkan kepala. "Maaf, lupa." Arka tersenyum, lalu melangkah di sisi Dara. Pintu terbuka, bibik yang membukakan pintu. "Abba, Amma, dan yang lain mana, Bik?