Jo memeluk Sena dengan erat. Gurat khawatir dan cemas nampak tersirat di wajahnya. "Kurang ajar! Kau akan mati sekarang juga!" teriak Sena saat melihat Pak Sanusi terkapar lemah dengan darah mengucur dari punggungnya. Rupanya pria tua itu menjadikan badannya sebagai tameng Sena yang sedang membuka ikatan tali pada kaki dan tangan Jo. Dua peluru tembus pada tubuh ringkihnya. Jo segera menghampiri Pak Sanusi, "Pak, bertahanlah! Meski saya tidak mengenal Anda, tapi Sena begitu menghormati Anda. Saya yakin, Sena ingin Anda bertahan!" Pak Sanusi meringis di antara senyumnya yang tulus, "Jangan pedulikan saya, Nak! Bantu Sena melawan orang-orang jahat itu," lirihnya dengan nafas terputus-putus. Kedua mata Jo tanpa terasa mengeluarkan air mata, "Saya benar-benar minta maaf atas nama ayah sa