Sena meraung dan menjerit. Menangis sejadi-jadinya. Sena menyalahkan dirinya sendiri. Andai saja ia tak pernah berhubungan dengan Ega, andai saja ia ikut bersama Jo ke Jepang, mungkin semua ini tak akan terjadi pada Jo. Tapi ratapan kesedihan dan penyesalan Sena tak berlangsung lama. Ia mengusap kasar air matanya. Lalu melihat Jo dalam pangkuannya. Setelah menyadari Jo yang terkulai tak sadarkan diri, buru-buru ia mengecek urat nadi suaminya. Sena masih bisa bernafas lega. Jo masih bertahan. Sena sadar, menangis tidak akan bisa menolong Jo sedikit pun. Ia harus segera mencari pertolongan. Bodoh, kenapa suaminya datang sendirian? Apa dia sudah gila? Sena membuka kemejanya. Menyisakan kaos tanpa lengan di tubuhnya. Tapi Sena tidak peduli. Ia harus membalut tangan dan perut Jo agar pendar