Ganjar menghentikan mobilnya tepat di depan butik baru milik istrinya. Keningnya mengerut tatkala melihat istrinya yang tak kunjung turun dari mobil. Alih-alih membuka pintu mobil, Meta malah duduk terpaku dengan mata memandang lurus ke pintu masuk butik itu. "Met?" tegur Ganjar dengan suara lembut. Tak mendapat respon, Ganjar menyentuh bahu Meta sambil kembali memanggil nama istrinya itu. Meta terkesiap. Ia melepas tatapannya dari butik itu dan beralih ke Ganjar. "Maaf, Mas, aku ngelamun." Ganjar menatap Meta gemas. Ia membawa tangannya untuk mengusap gemas pucuk kepala Meta. "Jangan ngelamun dong. Apalagi, sih, yang dilamunkan?" Meta tersenyum malu-malu sambil menundukkan wajahnya. Jemarinya saling bertaut di pangkuannya. "Aku masih nggak nyangka aja, ternyata aku bisa punya usah