“Tidak perlu memaksa menjadi seseorang yang sempurna untuk di cintai. Karena seseorang yang mencintai kamu tidak akan melihat itu, dia akan melihat apa adanya dirimu dengan sejuta pesona yang kamu ciptakan dengan sendirinya tanpa terpaksaan.”
***
30 menit kemudian…
Alden yang selesai dengan pekerjaannya di Paris langsung menggendong Bella yang terlelap dalam tidurnya. Sejujurnya Bella masih terlelap tidur akibat obat yang diminum oleh Bella ada kandungan obat tidurnya sehingga memudahkan Alden memindahkan Bella.
Meski Alden lelah habis bertemu klien di dini hari. Kabahagiaan Bella tetap harus ia prioritaskan. Memang meeting tadi hanya memakan waktu setengah jam karena Alden meminta dari awal pada mereka untuk mempercepat laporan yang mereka miliki. Tidak peduli mereka ada yang baru mau tertidur atau bagaimana, Alden tetap harus melakukannya sesuai dengan jadwal sudah di tetapkan. Toh, masalah gaji Alden tidak pelit.
“Pesawat sudah siap.” Brian muncul memberitahu Alden. Lelaki yang usianya sama dengannya itu memberikan jalan pada Alden serta membantu Alden membawa hadiah-hadiah Alden untuk Bella dibantu dengan asisten lainnya yang berjalan dibelakangnya.
“Brian, apa dia sudah memulai aksinya?” tanya Alden serius.
“Belum, Tuan. Dia masih mengumpulkan pundi-pundi penghasilan dan membangun kekuatan dengan menarik beberapa mafia kotor bekerja sama dengannya.”
Alden mengangguk paham. Dia tidak akan muncul sekarang. Karena dengan keadaannya yang sekarang dia belum mampu untuk menjatuhkan sosok kakak pertama Bella. Ditambah Alden tidak akan membiarkan dia berkuasa begitu saja. Meski di masa depan dia banyak menggaet mafia, Alden tetap akan mengalahkannya. Memang Alden tidak bisa mencari mafia yang bisa dia ajak kerja sama? Tentu saja ada!
“Buat undangan pertemuan dengan Alberto Chequelo dan Samuel Aldebaran. Siapkan pelayanan terbaik ketika mereka datang ke sini,” kata Alden yang keluar dari kamarnya dan duduk di bangku panjang yang ada di dalam pesawatnya.
“Lusa jadwal kamu kosong, Al. Jadi aku buat jadwal di san—“
“Malam ini pesta ulang tahun Bella, usahakan mereka datang malam ini. Aku mau memperkenalkan dia dengan Bella sekaligus ada yang mau aku sampaikan penting kepada mereka. Ini menyangkut projek Asia lebih tepatnya Nusantara.”
Projek Asia adalah beberapa projek yang akan dikerjakan di wilayah Asia. Sedangkan Projek Nusantara adalah projek yang Alden kerjakan di wilayah Indonesia dengan menggaet beberapa perusahaan di Indonesia yang sudah dia tunjuk. Walau perusahaan mereka sudah berdiri di sana, Alden sedang tertarik dengan tiga perusahaan besar yang tengah mengepakkan sayapnya. Wijaya Group, Atmadja Group, dan Maheswara Group. Ketiga perusahaan ini akan Alden ambil alih dengan membeli beberapa lembar saham mengatas namakan Bella atau dirinya. Alden yakin kedua sahabatnya yang akan dia undang acara malam ini akan tertarik.
“Baik. Akan kami siapkan transportasi untuk menjemput mereka seger—“
Tringgg….
Alden menunjukkan panggilan group yang sudah bisa dia tebak kedua sahabatnya.
“What’s up guys!” seru Alden mengejek membuat wajah keduanya menatap Alden dengan tatapan tidak suka.
“Kekasih kamu ulang tahun bukan? Kamu di Paris kan sekarang?” tutur lelaki berkemeja biru dongker dengan latar club malam yang sangat Alden ketahui. Dia adalah Alberto Chequelo. Keturunan mafia asal Spanyol yang bergerak di bawah tangan. Semua mafia di negaranya berada dalam genggamannya bukan itu saja, seluruh Eropa Selatan ada dalam gengamannya. Keluarga besar Chequelo sudah bekerja sama dengan Jhonson sejak lama bahkan mengabdi pada keluarga Alden. Bahkan tanpa semua orang ketahui Jhonson juga keluarga mafia yang bergerak secara diam-diam. Bukan mafia kotor, lebih kepada mafia bersih yang bergerak memberikan pelayanan mengenai jasa keamanan seperti halnya AOI serta pemimpin terbesar yang memproduksi persenjataan. Jasa yang diberikan Jhonson dikhususkan untuk para mafia yang membutuhkan bantuan mereka tidak diperkenankan orang lain, kecuali melindungi Bella. Sebab, sebagai ketua wilayah Eropa Tengah—Jhonson—sudah bersumpah membantu Chequelo, dan Aldebaran. Itu lah janji setia mereka yang ditanda tangani dengan darah parah tetua mereka.
“Tentu saja, aku masih di Bandara. Cepat lah keluar dari tempat kamu ada mobil yang menunggu kamu,” Brian paham kenapa Alden belum memerintahkan mereka untuk terbang, ternyata ini alasannya. Alden mau menunggu kedua sahabatnya yang selama ini jarang dia temui sejak Jhonson fokus dengan permasalahan keluarga Ar-Rasyid serta musuh keluarga Jhonson. Yang Brian tahu, mereka akan bertegur sapa melalui video call seperti sekarang ini. Alden memang pandai mengagaet para mafia. Sedangkan Aidan lebih pandai memanipulasi jejak teknologi.
“Kamu sengaja kan, Al?” sindir lelaki berkemeja merah yang muncul di depan Alden sambil tetap menyalakan panggilan videonya. Lelaki itu bernama Samuel Aldebaran. Pewaris Aldebaran Group ini mendengus kesal dan duduk di tempat kosong yang tersedia sambil meminta diambilkan wine pada pramugari yang berdiri tidak jauh darinya.
Samuel Aldebaran merajai jajaran Eropa Utara. Semua yang ada di Eropa menjadi perhatiannya bahkan jika ada yang berani mengkhianatinya bahkan kedua sahabatnya maka Samuel sendiri yang akan membasminya. Jangan salahkan Samuel, dia terlahir kejam seperti kedua sahabatnya. Kalau kalian pikir Alden sang humoris dunia tidak pernah membunuh, kalian salah besar! Di antara mereka berempat—dirinya, Alberto, Aidan dan Alden—pembunuh sesungguhnya yang lebih kejam adalah Alden. Alden bisa melakukan hal segila apa pun supaya tangan perempuan bernama Bella tidak kotor. Mungkin kalian belum melihatnya, akan ada saat di mana kalian melihat kegilaannya dan memanggil mereka berkumpul sama saja permainan gila Alden akan di mulai.
“Tentu saja. Aku mau bahas projek Nusantara.” Alden meminum wine yang ada di tangannya saat ini sambil menunggu Alberto sampai. Panggilan video sudah di matikan entah oleh siapa yang pasti saat Alden memberikan berkas tebal pada Samuel lelaki itu langsung tersenyum bahagia.
“Gila, Al! Anak buah kamu lelet sekali! Dia bisa mengendarai mobil atau tidak si?!” umpat Alberto langsung merebut minuman yang baru sampai hingga tandas. Alden yang paham meminta mereka mengambilkan lagi minuman dan meminta tolong Brian untuk segera memanggil pilot karena mereka siap berangkat.
“Kamu yang gila, Berto.” jawaban Alden dibalas dengusan oleh Alberto yang duduk sambil membaca berkas lain yang belum di baca Samuel.
Kalian jangan salah usia mereka sudah 17 tahun tapi masalah minuman alkohol mereka sudah dikenalkan sejak kecil secara terpaksa. Makanya seberat apa pun kadar alkohol yang mereka minum efek yang mereka terima tidak separah orang-orang yang harus kehilangan kesadaran, berbicara aneh-aneh atau bahkan muntah tanpa dicegah. Yang mereka akan terima hanyalah buang air kecil sesekali saja. Tapi semua aman terkendali.
“By the way, Al. Bella di sini?” tanya Alberto yang tentunya tidak mendapatkan jawabannya. Karena Alden lupa kalau Bella sedang tidur di kamarnya! Pasti Bella terbangun akibat teriakan Alberto tadi. Baru saja Alden mau beranjak dari tempat duduknya, Bella muncul membuat Samuel dan Alberto tersedak di tempatnya.
Bagaimana mereka tidak tersedak? Bella yang sangat cantik hari ini harus di nodai dengan tanda merah di lehernya. Bukan kah itu tandanya Alden mau menunjukkan kepemilikannya terhadap perempuan itu?
“Kalau aku jadi bapaknya si Bella, Alden habis aku jadikan samsak,” kata Alberto.
“Aku pun begitu! Enak saja anak perempuanku ternodai!” seru Samuel tidak terima.
“Sorry, kamu ada tamu ya? Aku kembali saj—“
“Mereka bukan tamu, sini!” Alden yang tidak berpindah tempat meminta Bella mendekatinya dan duduk di kursi kosong di sampingnya.
“Sweety, ini Alberto dan Samuel. Mereka sahabatku dari kecil dan mereka akan berada di Jerman beberapa hari untuk memantu projek kerja sama kami.” penjelasan Alden membuat Bella mengangguk paham.
“Bella.” Bella mengulurkan tangannya yang disambut baik oleh Alberto dan Samuel. Ternyata perempuan yang bisa membuat Alden gila secantik ini. Alberto maupun Samuel jika berada di posisi Alden akan merasa segila itu! Di tambah prinsip Alden yang kolot tidak mau menyentuh perempuan sebelum menikah, bukan kah itu membuatnya tersiksa? Hebat sekali sahabat mereka ini.
“Kamu sibuk apa, Bel?” tanya Alberto sok dekat.
“Emmm.. saat ini lagi di model, Ber.” Bella meminum jus strawberry favoritnya setelah menjawab Alberto.
“Model? Kok kami tid—“
“Hahahah… gila! Alden benar-benar sakit jiwa!” seru Samuel yang sekarang paham kenapa mereka tidak bisa mengenali wajah Bella selama ini, karena semua ulah Alden yang jahannam ini! Masa perempuan secantik Bella tidak bisa dikenalkan ke mereka? Sungguh tidak adil! Jika Alden bukan sahabat Samuel atau pun Alberto pasti sudah di sikat oleh Samuel atau Alberto. Ya, wajarlah dua manusia itu sangat bebas.
“Kalian berdua kenapa?” tanya Bella bingung. Padahal saat menjabat tangan keduanya Bella melihat kehidupan yang menyedihkan. Tapi melihat keduanya baik-baik saja, Bella rasa semua hanyalah masa lalu yang membuat keduanya sekuat saat ini.
“Ini, Bel! Kita lagi mau beli saham Wijaya Group, Atmadja Group dan Maheswara Group. Cuma masalahnya kami tuh harus goda mereka dengan apa supaya mereka mau menjual sahamnya pada kita?” tanya Samuel mencoba mengalihkan.
Alden yang sadar sahabatnya terkesan ramah bingung. Biasanya mereka berdua sedingin es batu kenapa pada kekasihnya sehangat ini. Tidak mungkin mereka menyukai Bella kan? Kalau benar, awas saja mereka!
“Bisa pinjam berkasnya?” sebelum mereka memberikan pada Bella, Alden lebih dulu memberikannya. Alden meminta pramugara tersebut menyiapkan cemilan untuk mereka, karena pembahasan akan berat mulai saat ini.
Brian yang ikut andil hanya bisa memperhatikan mereka semua yang mudahnya memberikan Bella informasi, kalau Bella jadi sasaran lagi bagaimana? Bukannya itu sangat merepotkan mereka nantinya?
“Al, ini Atmadja yang itu kan?” persis dugaan Alden. Bella akan mengingat kejadian itu. Kejadian di mana Bella hampir di culik tapi keluarga Atmadja membantunya dan sejak saat itu Bella mengenal sosok perempuan bernama Aurelia.
“Kamu kenal, Bel?” tanya Alberto.
“Lebih kepada gak sengaja gitu. Di masa lalu aku pernah hampir di culik dan keluarganya menyelamatkan aku. Padahal penculiknya mau menculik si anak perempuannya tapi gagal karena aku yang mengakui diri sebagai Aurelia.” jelas Bella membuat keduanya bingung.
“Bagaimana bisa?”
“Tentu saja bisa! Itulah aku.”
Samuel dan Alberto akan meminta penjelasan pada Alden nanti. Sedangkan mereka akhirnya mendengarkan ceramah panjang Bella mengenai bagaimana caranya membeli saham semua itu tanpa diketahui orang lain. Pantas saja Alden sebucin itu pada Bella. Karena di mata Samuel dan Alberto, Bella sosok yang sangat berbeda dengan perempuan pada umumnya. Wajah dinginnya dan kelembutan tutur katanya membuat Bella seperti keturunan anak kerajaaan. Memang Alden sangat beruntung mendapatkan Bella di sisinya. Alberto dan Samuel berharap mereka bisa menemukan sosok seperti Bella nantinya. Sekarang biarkan mereka bermain-main dahulu. Tapi, ketika menikah mereka akan berhenti main-main dan rahasia ini hanya Alden dan Aidan yang tahu.
****