“Tidak butuh harta banyak jika keberadaan kamu saja mencukupi kebutuhanku.”
***
Lelaki tampan dengan jas hitamnya tengah menatap sosok perempuan cantik dengan gaun merahnya. Keduanya adalah Alden dan Bella. Meski pun Bella belum membuka matanya, Alden sudah menggantikan pakaian Bella dengan pakaian yang sangat cantik. Jangan tanyakan siapa yang menggantikan pakaiannya, tentu saja Alden sendiri. Selama tunangannya tertidur lelap akibat obat bius, Alden menggantikan pakaiannya meski keberadaan mereka masih di atas pesawat.
Memang, lima menit setelah kejadian itu. Alden meminta izin keluarganya untuk membawa Bella, sedangkan keluarganya yang lain sibuk menyidak para pengkhianat serta membantu persiapan acara di kediaman Ar-Rasyid nantinya. Alden memang tidak ikut serta dalam sidak malam ini, tapi dia rasa keberadaan Aidan cukup membantu, karena kakaknya itu bisa lah di andalkan. Jadi, Alden tidak perlu risau masalah itu. Ya, kalau pun masih ada yang mengganjal hatinya, dia akan meminta anak buahnya untuk menyidak dan memberi hukuman pada mereka.
Seperti halnya pelaku hari ini. Perusahaan keluarganya sudah Alden buat bangkrut seketika dan pemberitaan mengenai Putri dan para antek-anteknya pun akan menjadi headline news besok pagi. Dibantu oleh Bell’s Paper, Alden menyerahkan segala bukti yang ada untuk di eksekusi menjadi sebuah berita akurat bukan berita bohong yang menyesatkan.
“Tuan apakah anda butuh minum?” tanya seorang pramugari yang sengaja memamerkan tubuhnya dihadapan Alden.
“Saya tidak butuh apa pun!” suara dingin Alden tidak membuat pramugari itu pergi, malah perilakunya semakin menjadi dengan sengaja menjatuhkan diri dipangkuan Alden yang tengah duduk di sofa yang tidak jauh dari tempat tidur Bella. Awalnya Alden ingin berada di samping Bella, tapi karena harus menyelesaikan sebuah pekerjaan, Alden memilih memisahkan diri di sofa dan di temani oleh ipad ke sayangannya. Tanpa keduanya sadari, Bella sudah membuka matanya dan bersandar di tempat tidur sambil memperhatikan keduanya.
“Sepertinya mencari tunangan baru oke juga,” kata Bella dengan nada dinginnya yang terkesan menyindir sosok Alden yang langsung mendoromg pramugari tersebut, dan berlari ke arah Bella.
“Alden, kamu kok gitu! Bukannya kamu menikmati sentuhanku selama ini,” kata pramugari tersebut dengan lancang.
Entah Bella yang harus bersyukur mendapatkan lelaki setampan Alden atau dia harus menyesal karena lelaki setampan Alden ini bisa menjadi miliknya dan bahkan tidak pernah melirik perempuan mana pun, sehingga Bella tidak pernah curiga Alden akan mengkhianatinya. Karena Bella tahu Alden tidak akan pernah bisa menggantikan Bella dengan orang lain.
“Sayang semuanya boh—“
“Aku tahu. Silakan pergi dari sini, kamu tahu kan jalan keluarnya? Atau perlu saya hubungi pimpinan kamu supaya kamu diberhentikan secara tidak hormat?” suara dingin Bella membuat pramugari itu pergi dari sana dengan wajah masamnya.
“Aku berjanji, semua penerbangan kita tidak akan ada perempuan selain kamu,” kata Alden yang langsung memeluk tubuhnya dari samping. Alden sangat bersyukur memiliki perempuan seluar biasa seperti Bella. Mana ada perempuan di luar sana yang mau mengorbankan nyawanya untuk orang lain? Yang ada perempuan di luar sana malah tertarik dengan harta milik Alden.
“Aku tahu,” kata Bella malas. Perempuan yang akan bertambah usia menjadi 16 tahun itu memilih menyandarkan kepalanya pada d**a Alden yang memang lagi bersandar bersamanya. Mendengar detak jantung Alden membuat Bella tenang dan rasanya seperti bangga menjadi sosok perempuan yang bisa membuat jantung Alden berdegup dengan kencang.
Alden melihat jam di tangannya, sebentar lagi mereka akan mendarat dan Alden akan membawa Bella makan di restoran yang menyuguhkan pemandangan indah menara eiffel. Tempat yang katanya sangat romantis menjadi hadiah dari Alden untuk ulang tahun kekasihnya serta Anniversary hubungan mereka yang sudah berada di 12 tahun lamanya. Ya, karena ketika umur Bella lima tahun, Alden sudah melamar Bella dan hari itu juga bertepatan dengan ulang tahunnya, sehingga tanggal itu akan selalu di abadikan Alden sebagai tanggal-tanggal bersejarah dalam hubungan mereka. Seperti halnya menikah nanti. Alden mau di tanggal ulang tahun Bella. Tapi, sepertinya agak sulit.
“Tuan maaf, kita sudah mendarat.” pramugara tadi muncul bersama dengan pramugari yang tadi menggoda Alden. Bella yang melihat wajahnya sudah kesal sekali sampai dia tidak mau menyapa perempuan itu dan memilih nyelonong keluar meninggalkan Alden dibelakangnya.
“Lain kali jangan bawa perempuan di penerbangan saya,” kata Alden dingin dan pramugara serta anak buah Alden yang menunggunya menganggukkan kepala mereka seakan mengerti dengan situasi tersebut.
“Nona kalian di mana?” tanya Alden pada anak buahnya.
“Sudah masuk ke dalam mobil, Tuan.” suara anak buahnya membuat Alden berjalan ke mobil yang sudah menunggunya. Di sana sudah ada Bella dengan raut kesalnya lagi menelpon sahabatnya—Angel. Sedangkan Alden memilih supir untuk membawa mereka ke tempat yang sudah Alden siapkan untuk kejutan ulang tahun Bella.
“Merajuk hmmmm?” tanya Alden ketika Bella sudah menyelesaikan panggilannya. Perempuan itu tidak mau menjawab Alden, dia memilih menatap keluar jendel dibandingkan meladeni Alden yang menyebalkan.
Alden tersenyum melihat Bella Merajuk. pembatas supir dengan tempat Alden berada langsung Alden tutup demi melakukan kegiatan yang iya-iya. Lihat saja, dengan lembut Alden menarik Bella dan membawanya mendekat padanya. Lepas itu mulut Alden lebih memilih bersarang di mulut Bella. Perempuan keras kepala itu awalnya menolak dengan cara memundurkan tubuhnya kembali, tapi siapa sangka jika Alden malah menahannya dan berakhirlah mereka dengan ciumann mesra. Ciumann yang terus dilakukan Alden sampai bibirnya jatuh pada leher jenjang Bella yang sudah menggoda dirinya. Padahal pagi tadi dia sudah mencumbu Bella di sekolah tapi rasanya masih kurang.
“Jangan nakal,” kata Alden berbisik. Alden bahkan menggoda Bella dengan menggigit telinga Bella dengan tangannya yang sudah bermain di area lainnya. Alden tidak akan membobol Bella selama mereka belum menikah, karena bagi Alden menyentuh Bella seperti sekarang ini sudah lebih daripada cukup daripada dia merusak Bella atau mencari pelampiasan lainnya.
Alden memang sangat ingin memiliki Bella seutuhnya, hanya saja Alden tidak suka melakukan itu tanpa ikatan pernikahan. Alden takut jika mereka melakukan saat belum menikah dan mereka punya anak, anak mereka nantinya akan sulit mendapatkan hartanya karena lahir di luar nikah. Makanya dia menjaga Bella sekali supaya kejadian kedua orang tua Bella tidak terulang pada mereka. Lihat saja Marcelle dan Marcello, dia tidak mendapatkan warisan langsung sebagai anak, melainkan warisan yang Marcelle dan Marcello dapatkan itu murni atas nama Kakek dan Neneknya. Walau Daddy Rafael memberikannya, tapi itu sebagai hadiah dari kerja keras kedua kakak Bella itu. Lain halnya dengan Bella, dan Billy. Keduanya langsung mendapatkan warisan dari Rafael tanpa perlu perantara Kakek dan Neneknya. Sedangkan Bian dan Reno sudah mendapatkan hal tersebut dari Kakek dan Nenek Bella.
Lupakan semua itu, Alden sudah selesai dengan permainannya. Ia menarik Bella dalam dekapannya, ia cium dahi Bella sebagai penutupnya dan tidak lupa memberikan paper bag yang berisi alat make up pada Bella,”Dandan lah yang cantik. Aku mau cek kerjaan sebentar,” kata Alden membuat Bella mendengus di tempatnya. Namun, tetap mengambil apa yang Alden berikan padanya.
Di saat Bella dan Alden sibuk dengan dunianya, Alden sesekali melirik Bella sambil membaca sebuah dokumen kerja sama atas nama seseorang yang sangat Alden cari keberadaannya. Melihat betapa beruntungnya dia saat ini, membuat Alden langsung menghubungi anak buahnya untuk melakukan kerja sama. Alasannya simple, jika permainan itu sudah di mulai Alden akan menghancurkan perusahaannya dengan tangannya sendiri. Apalagi kalau dia sampai melukai Bella, Alden akan ingatkan pada musuhnya untuk menyadari hidupnya tidak sebentar.
Tok… Tok… Tok…
Alden menyimpan kembali ipadnya dan tersenyum saat Bella tampil dengan sangat cantik sekarang ini. Ahh, rasanya Alden mau menyembunyikan saja Bella di kamar hotel mereka.
“Ayo, Sweety!” jangan salahkan Alden yang suka memanggil Bella dengan panggilan berbeda setiap harinya, karena Alden suka saja menunjukkan perasaannya pada Bella dari hal-hal sederhana sampai hal terbesar sekali pun.
“Kamu ingat?” tanya Bella tiba-tiba saat mereka berada dalam lift menuju lantai teratas restoran yang sudah Alden pesan. Sambil memeluk pinggang Bella dan ditemani anak buah keluarganya—fasilitas negara—Alden dan yang lainnya memasuki area yang sangat gelap. Bahkan Alden bisa merasakan pelukan erat Bella pada dirinya. Wajar jika Bella tidak menyukai gelap, karena perempuan itu persis seperti kedua Kakak kembarnya—korban penculikan—jadi Alden merasa tidak masalah dengan trauma Bella selama dia lah yang ada di sampingnya.
Tak!
Seluruh lampu menyala, menampilkan tulisan-tulisan indah di hadapan Bella ditemani dengan sebuah kue ulang tahun yang menurutnya sangat mewah. Di sisi lainnya Bella tidak menyadari jika tangan kanan Alden sudah merekam momen mereka dari mulai masuk ke dalam pesawat sampai tiba di sini. Alasannya karena Alden suka mengumpulkan dokumentasi bersama Bella meski latihan bela diri sekali pun.
“Alden ini?”
“Kamu suka?” tidak perlu menunggu jawaban Bella, Alden malah mendapat ciuman di bibirnya sebagai jawaban dari Bella. Meski dia tergoda, Alden tidak mau membuat Bella day rusak karena nafsunya ingin kembali menyentuh Bella.
“Suka sekali Alden. Thank you!” seru Bella membuat Alden tersenyum. Lelaki itu membawa Bella duduk di bangku mereka dengan menikmati tiup lilin yang dilakukan Bella atas arahannya. Menara Eiffel di belakang mereka menjadi saksi bisu keberhasilan Alden memberikan kejutan pada Bella. Alden sangat bersyukur Bella menyukainnya. Alden harap selamanya mereka akan seperti ini, sampai ajal yang memisahkan keduanya.
Alden dan Bella menikmati hari ini dengan penuh kebahagiaan. Asisten Alden—Brian—yang melihat semua itu, tersenyum bahagia. Karena Bella sangat jarang menunjukkan rasa bahagianya seperti malam ini. Kenapa Bella jarang menunjukkannya? Karena kehidupan seorang Bella Ar-Rasyid tidak jauh dari yang namanya kematian. Jika, Bella merasa bahagia sedikit saja, Bella selalu mendapatkan rasa sakit yang luar biasa. Tapi, tidak untuk malam ini. Kesakitan Bella akibat racun-racun tadi terbayar dengan kejutan Alden. Brian tahu hidup jadi Bella itu tidak mudah. Setiap makan saja, Alden selalu meminta anak buahnya untuk memakan terlebih dahulu apalagi hal lainnya? Brian mengikuti Alden dan Bella dari mereka semua berusia 7 dan lima tahun. Brian dan Alden memang seumuran makanya perjalanan cinta mereka selalu jadi momen membahagiaan bagi Brian karena perempuan bernama Bella itu jarang sekali menunjukkan perasaannya di depan umum seperti sekarang ini. Brian selalu mendoakan kebahagiaan mereka! Brian harap setelah masalah keluarga keduanya usai, Brian ingin sekali melihat Bella dan Alden berbahagia bersama dengan anak-anak mereka nantinya.
“Terima kasih, Alden. Selalu sabar menghadapi kekeras kepalaanku. Aku sayang kamu,” kata Bella ketika keduanya tengah berdansa.
“Tidak perlu berterima kasih karena ini tugasku membahagiakan kamu.” jawab Alden mengecup dahi Bella.
Malam itu, baik Alden mau pun Bella sangat amat bahagia dengan takdir Tuhan yang begitu baik bagi mereka sampai mereka berada di sini tanpa hambatan sedikit pun. Bella bahagia begitu juga dengan Alden. Lelaki itu lebih bahagia jika melihat Bella bahagia. Bahkan hal kecil yang Bella lakukan pada Alden saja sangat berarti bagi lelaki itu. Mungkin Alden akan merekam momen ini di kepalanya, sebab lepas acara puncak di kediaman Bella nanti, Alden dan Brian harus terbang ke Dubai untuk kerja sama pembangunan resort dan hotel di sana. Brian memang anak dari tangan kanan ayahnya yang sudah meninggal dunia akibat melindungi ayah dan ibunya dulu. Sedangkan ibu Brian memang sudah meninggal setelah melahirkan dia. Walau begitu, Brian itu sudah seperti saudaranya. Setidaknya, Alden dan Brian merencanakan hal besar yang akan mereka jalankan nantinya.
“Aku sayang kamu, sweety.” kecupan Alden menjadi penutup kejutan yang lelaki itu berikan karena sekarang mereka sudah berada di dalam pesawat dengan Bella yang sudah tertidur dengan ingatan membahagiaakannya. Alden sangat bahagia jika Bella sangat menikmati malam ini dan Alden juga sudah katakan pada Bella, kalau dia akan pergi ke Dubai. Meski dia pergi, mata-matanya akan memantau segala kegiatan Bella seperti biasanya. Seban Alden memang segila itu pada sosok Bella.
****