Part 8

1604 Kata
"Jika membalas kejahatan dengan kebaikan bukannya tidak fair? Alangkah baiknya jika kejahatan dibalas dengan kejahatan begitu juga dengan sebaliknya." **** Alden menyerahkan beberapa berkas kepada Aidan, Bian dan Billy. Padahal tanpa Alden sadari ketiga lelaki dihadapannya tengah memikirkan situasi apakah benar Alden marah pada Bella? Atau mungkin lelaki itu hanya bermain film supaya Bella sadar jika Bella tidak boleh sembarang bertindak. "Kamu marah pada adikku, Al?" tanya Billy penasaran. "Tidak lah. Gila aja aku marah sama adik kamu. Bil. Yang ada nanti dia kabur dari sini," kata Alden dengan senyum jenakanya, padahal tadi lelaki itu memasang raut wajah seriusnya. "Benar juga! Lalu kenapa kamu seperti tadi?" kini Bian yang bertanya karena dia ingin tahu alasan Alden bersikap dingin pada adiknya. "Bella bukan memikirkan kondisinya, malah memikirkan kondisi orang lain. Makanya aku kesal. Di tambah lagi si sialan Gionino buat ulah, rasanya aku mau kasih makan Michel aja." Alden memijat pangkal hidungnya—pening. "Al, ini tidak seperti kamu biasanya. Ada yang kamu sembunyikan bukan?" tanya Aidan dengan raut wajah seriusnya. Sebab tidak biasanya Alden bersikap seperti tadi. Apalagi bersikap dingin pada calon adik iparnya, itu sangat amat mustahil! Alden yang bucin bisa bersikap seperti tadi? Itu pasti bukan Alden! "Hahaha... aku sengaja seperti itu. Nanti malam dia akan aku bawa ke Paris. Aku sudah buat kejutan luar biasa di sana. Yang penting kalian nanti bantu handle newspaper saja. Aku takut nanti disangkut pautkan dengan masalah keluarga kalian dan Gionino." jadi itu alasan Alden bersikap tidak biasanya pada sang adik, karena dia mau memberikan kejutan untuk Bella, padahal seingat mereka ulang tahun Bella masih lama? Atau mereka salah ingat? "08 Agustus. Ulang tahun sekaligus hari jadian mereka! Ah pantas saja, besok kan 08 Agustus." suara Bian mewakili Aidan yang ingin berbicara, sedangkan Billy langsung ingat perihal tersebut. Ulang tahun dirinya dan Bella! "Gila kamu, Bil. Ulang tahun sendiri lupa," ejek Alden. "Berisik kalian semua! Jadi, malam ini kamu akan membawa Bella? Kamu tidak lupa bukan kalau Bella punya keluarga?" sindir Billy yang tidak ingin Bella pergi bersama Alden di hari ulang tahun mereka. "Tentu saja aku ingat, makanya aku mau culik dia sebentar dan lepas itu acara puncak di kediaman kalian. Aku sudah minta bantuan Mommy Raisa, Mama Alea dan Mama Riana. Jadi, kamu selaku yang sudah tahu rencana ini diam saja, oke?" tanya Alden membuat Billy sedikit tersenyum. Sahabatnya tahu sekali jika setiap Billy ulang tahun, Billy selalu mau dirayakan bersama dengan kembarannya—Bella. Kenapa demikian? Karena hal tersebut akan mereka lakukan sebagai rasa syukur dan berterima kasih pada saudara kembarnya yang meninggal melindungi mereka—Barry Ar-Rasyid. Alden tahu, setiap ulang tahun Billy dan Bella, keduanya selalu datang kepemakaman Barry Ar-Rasyid. Alasannya karena mereka tidak mau dunia melupakan sosok penyelamat mereka berdua. Meski namanya tidak pernah disebutkan dunia, Barry selalu ada bersama dengan mereka. Barry besar bersama dengan mereka dalam bentuk sosok lain. Mungkin tidak semua orang bisa melihat, hanya Alden yang bisa melihatnya. Bahkan sosok lain yang tak kasat mata Alden bisa melihatnya. Hanya saja fokus Alden pada Barry yang kini tersenyum padanya. Alden ingat Barry pernah mengatakan padanya, 'Aku akan pergi dari dunia ini setelah kejadian itu dan lelaki itu akan menggantikan aku menjaganya." Hari itu dan lelaki itu adalah dua hal yang selalu Alden mohon kan pada Tuhan untuk tidak pernah mengabulkan perkataan Barry. Karena hari itu Alden tidak yakin apakah mereka masih bisa bercengkrama seperti sekarang ini. Karena hari itu adalah hari yang paling Alden benci sepanjang kehidupannya membaca masa depan. Hari yang ingin sekali Alden ubah tapi takdir tidak pernah bisa mengizinkan hal tersebut, karena jika Alden mengubahnya maka kejadian lebih besar adalah bayarannya. Makanya Alden tidak pernah mengubah masa depan mereka karena takut jika bayaran itu malah menyakiti kekasihnya nanti. "Lupakan masalah Alden. Putri dan teman-temannya sudah aku berikan kejutan. Hanya saja yang jadi permasalahan di sini, sepertinya orang dibelakang Putri lebih hebat dari yang kita kira. Bisa saja dia anak Mafia yang selama ini Kakak kamu cari, Bil Bian." Aidan menjelaskan mengenai kondisi Putri. Ia yakin dengan hipotesanya saat ini. Tidak mungkin kepala sekolah bertekuk lutut pada bocah sialan itu. "Memang. Hanya saja keberadaannya masih tersembunyi. Setidaknya kita rahasiakan ini dahulu. Biarkan semua berjalan sebagaimana mestinya dan aku yakin, kejutan yang kita berikan pada mereka sudah berhasil menurunkan harga saham dan memporak-porandakan perusahaan mereka." suara Alden membuat mereka sedikit setuju akan rencana tersebut, pasalnya jika benar Putri adalah anak Mafia yang tengah dicari oleh keluarga Ar-Rasyid, baik Rafael atau anak pertamanya tidak akan melepaskan mereka begitu saja. Masa kelam penculikan kembar tertua Ar-Rasyid menjadi alasan Alden menyembunyikan hal ini sementara sampai Marcelle sendiri menyadarinya, karena ini akan berdampak pada kehidupan calon kakak iparnya itu. Brakkkkk... "Bella... Bella.." belum sempat melanjutkan perkataannya, baik Angel dan Azzura hampir saja terjatuh akibat Alden yang menerobos mereka, beruntung Billy dan Aidan sigap. "Memang para bucines," ejek Bian sambil menyusul Alden. *** Lima menit sebelumnya... Bella, Angel dan Azzura tengah menikmati perbincangan mereka membahas acara perkenalan siswa dan siswi di sekolah mereka. Sesekali mereka memakan cemilan yang disediakan asisten rumah tangga di kediaman Jhonson. Mereka bertiga tidak menyadari saja jika perempuan yang membawa nampan tersebut memasang senyum jahatnya kepada mereka bertiga. Entah atas perintah siapa dan bisa datang lewat mana, kemungkinan terbesar lepas kejadian ini seorang Arlo Jhonson akan melakukan sidak dadakan bersama anak tertuanya. "Bella, muka kamu tambah pucat." suara Angel membuat Azzura menoleh pada perempuan yang tadi membawa nampan, merasa perempuan itu aneh. Belum sempat beranjak dari sana perempuan itu sudah berlari ketakutan dan Bella berteriak kesakitan di dadanya. Angel yang sigap akan hal ini berlari ke ruangan Arlo dan di sana perdana menteri tengah melakukan meeting bersama dengan anak buahnya, merasa Angel tidak baik-baik saja pasti Bella dalam masalah dan hal tersebut membuat Alea berlari memanggil dokter di kamarnya tanpa dia sadari seharusnya memanggil lewat interkom saja sudah bisa membuat dia datang. Karena situasi buruk, Arlo bersama anak buahnya langsung bergegas keluar. Arlo masuk ke kamar Bella dan anak buahnya membantu Azzura menangkap pelakunya dan mereka berhasil. Azzura dan Angel sekarang berlari ke ruangan Alden dan yang lainnya berada, baru saja menyebut nama Bella Alden sudah berlari dan menabrak mereka beruntungnya Aidan dan Billy menahan mereka. Meski di ejek bucin, keempatnya memilih tidak peduli karena nyawa Bella saat ini taruhannya. "Mana pelakunya?!" bentak Alden membuat semua orang di sana terdiam. Bahkan bisa Alden lihat dari kaca kalau Bella sedang ditangani oleh dokter pribadi keluarganya ditemani sang ibu yang sudah menangis di dalam sana bersama suaminya. Alden tidak mungkin menerobos, meski dia bersekolah di kedokteran bukan berarti dia bisa menggunakan ilmunya sekarang. Biarkan orang lain membantu kekasihnya saat ini. "Itu, Al." tunjuk Azzura pada sosok perempuan yang umurnya bisa dibilang tidak terlalu jauh dari mereka. Tapi, jika Alden tebak pasti perempuan ini adalah anak buah keluarga Putri. Lihat saja ketika Alden melanggah mendekatinya pasti perempuan itu akan muntah darah, persis seperti gambaran masa depannya. Huekkkkkkkk.... Perempuan itu memuntahkan darah dari mulutnya membuat semua orang menatap tidak percaya dengan apa yang terjadi. Sedangkan Alden? Lelaki itu menampar perempuan di depannya tidak peduli wajah perempuan itu akan seperti apa. Karena dia akan mati sebentar lagi toh alangkah baiknya jika dia melampiaskan emosinya yang sejak tadi dia tahan. "Perempuan bodoh! Kamu pikir mereka akan membantu keuangan kamu? Tidak akan. Yang ada hidup kamu akan di hancurkan oleh orang suruhan kamu. Aidan! Sidak semua para pekerja. Jika ada pengkhianat sepertinya bawa ke ruang bawa tanah. Ah dan perempuan ini jasadnya nanti berikan saja pada Michel, karena sebentar lagi dia akan mati akibat racun yang dia minum sendiri," kata Alden yang langsung saja dibenarkan dengan ketidaksadaran perempuan yang tadi ditampar oleh Alden. Alden memilih fokus kembali pada Bella dan meminta Aidan mengurus masalah pengkhianatan di kediamannya. Kediaman yang selama ini selalu aman bagi kekasihnya. Sial! Lihat saja mereka sudah membangunkan sisi buruknya. "Tarik semua saham dan jual murah. Aku mau mereka menerima balasan atas kebodohannya menyentuh kekasihku," kata Alden pada seseorang ditelepon. Sedangkan Bian dan yang lain terus mendoakaan Bella yang tengah berjuang dari rasa sakitnya. Ceklek.... "Biarkan Bella beristirahat. Racunnya sudah sepenuhnya menghilang, jika saja Tuan Arlo tidak sigap mungkin kalian akan kehilangan Bella." suara dokter perempuan di depannya membuat Alden lega. Tapi, lelaki itu tersadar akan suatu hal. "Perempuan itu, mau membunuh Azzura?" perkataan Alden spontan dijawah oleh sang ayah, "Benar, karena cemilan yang Bella makan adalah cemilan kesukaan Azzura dan beruntungnya kalian berdua tidak menyentuh makanan itu. Ya, sepertinya Bella mau menyelamatkan kalian berdua," kata Arlo. "Pantas saja kami tidak diizinkan makan cemilan itu dan di suruh makan cemilan yang lain. Ternyata ini jawabannya."suara Angel membuat semuanya terdiam. "Temani Bella, Papa sama Mama kamu mau urus masalah pengkhianatan ini." Alden dan yang diberikan izin langsung duduk di samping kekasihnya sedangkan yang lain duduk di sofa kosong yang ada di sana. "Aku balik dulu deh, Al. Takut mereka mencari kami berdua dan rencana kamu malah gagal. Aku titip adikku," kata Billy serius dan pamit bersama yang lainnya meninggalkan Alden dan Bella saja di ruangan itu. "Barry pasti bahagia karena Bella mendapatkan kekasih seluar biasa kamu, Al." Billy berkata dengan tulus karena mereka semua tahu betapa cintanya Alden pada adik mereka. "Thanks." Alden hanya bisa menjawab itu karena tatapannya sudah kembali fokus pada wajah pucat sang kekasih. Harusnya Alden tidak meninggalkan Bella. Lihat saja jadi seperti ini kan? Lagi-lagi Bella menyelamatkan nyawa orang lain! Sedangkan Billy, Bian dan Angel sudah pulang ke rumah mereka. Sedangkan Azzura tentu saja membantu saudara sepupunya menyidak para pekerja di rumahnya. Sebab bukan nyawa Bella yang diincar, melainkan nyawa dirinya. Jika bukan perlindungan Bella, mungkin Azzura yang ada di sana. "Nakal kamu ya! Saat bangun nanti jangan salahkan aku, jika kamu sudah tidak ada di sini!" ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN