“Mama beli kuenya, banyak? Leyna suka banget sama kue lapis legit ini!” sebelum dia sendiri mencoba, ia langsung ingat temannya. Mama Andini menatap Ken yang saat itu masih remaja awal, “ada, Mama beli terpisah, ini. Berikan pada Leyna ya!” Ken memberi anggukan semangat, “sini Ken antarkan sekarang juga!” Mama Andini hanya bisa geleng-geleng kepala, sedangkan Ken sudah mengambil langkah cepat sambil membawa plastik berisi kue lapis kesukaan Leyna. Ia memasuki halaman rumah Leyna, lalu sebelum mengetuk pintu, ia menangkap Leyna muncul dari samping rumahnya—pasti melalui pintu belakang. “Ley!” Leyna menoleh, senyum Ken memudar saat menemukan mata gadis itu memerah. Ken langsung tahu penyebabnya. Leyna habis menangis. “Kenapa—“ “Kamu bawa apa?” katanya langsung. “Oh, Mama belik