Tangis Alia pecah saat petugas medis mendorong ranjang Ali ke ruang ICU. Tubuh ayahnya yang lemas dan penuh darah masih terbayang jelas di benaknya. Gadis kecil itu terus menggenggam boneka kecil yang dibawanya dari mobil, matanya sembab, suaranya parau. "Ummi... Abi kenapa nggak bangun? Abi kenapa diam aja? Ummi, Alia takut..." isaknya sambil memeluk Amira erat-erat. Amira sendiri nyaris kehilangan kendali. Tapi sebagai seorang ibu, ia harus tetap kuat untuk anaknya. Ia membelai rambut Alia perlahan, mencoba menahan air matanya yang terus mengalir. "Abi butuh istirahat, Sayang... Dokter lagi berusaha sekuat tenaga buat nyelamatin Abi. Kita doakan, ya?" Namun Alia menggeleng keras. "Ini semua salah Alia! Kalau tadi Alia nggak keluar dari mobil... Abi nggak akan tertusuk... Abi pasti bi