Sudah tiga hari Ali tak muncul di rumah Auliya. Biasanya, lelaki itu akan datang pagi atau sore, membawakan makanan atau mainan untuk Alia. Namun sejak istrinya, Salma, jatuh sakit, Ali memilih fokus merawat wanita itu. Salma terbaring lemah di tempat tidur. Wajahnya pucat, tetapi senyum tak pernah lepas dari bibirnya. “Maaf, aku merepotkanmu, Mas,” lirih Salma, suaranya nyaris seperti bisikan. Ali menggenggam tangannya lembut. “Jangan minta maaf. Kamu istriku, Salma. Aku yang seharusnya merasa bersalah selama ini karena terlalu sering meninggalkanmu.” Salma tersenyum, lalu menutup mata perlahan. Ali mengecup keningnya sebelum berjalan keluar kamar untuk mengecek pesan di ponselnya. Ada satu pesan masuk dari Auliya. Namun, lebih dari itu, ada kiriman foto dari nomor tak dikenal. Foto i