Amira duduk di sudut ranjang dengan wajah masam. Kedua lengannya melingkar di perutnya yang mulai membesar, sambil terus menggerutu dalam hati. "Aku cuma lalai beberapa minggu... cuma beberapa minggu!" gumamnya kesal. "Tapi dia langsung marah besar. Padahal dia dulu... saat aku hamil Alia... dia tega meninggalkanku sendiri di pesantren berbulan-bulan. Apa dia pikir itu bukan kelalaian? Apa dia pikir mengabaikan istri hamil waktu itu sesuatu yang benar?" Suara gerutunya makin pelan namun penuh amarah yang tertahan. Air matanya sempat mengambang di pelupuk, tapi buru-buru dia usap. Tidak mau terlihat lemah, bahkan meski hanya di hadapan dirinya sendiri. "Kenapa... kenapa setiap wanita harus selalu disalahkan? Padahal yang aku lakukan cuma nonton drama Korea. Aku butuh hiburan! Aku capek!"