Aku terbangun karena aroma masakan yang menghampiri indera penciumanku. Sesaat aku sempat berpikir bahwa Dean sedang memasak sarapan di dapur, tetapi kemudian aku ingat bahwa aku sedang tidak bersamanya. Emely membuka pintu kamar ketika aku sudah berhasil bangun dari tempat tidur dan mencuci muka. "Beth, sarapan sudah siap!" Sahabatku itu berseru di pintu masih menggunakan apron yang menutupi pakaian kerjanya. "Em, aku sudah bilang kau tidak perlu repot." Emely memutar mata. "Aku tidak akan pernah merasa repot untuk calon keponakanku, jadi kau santai saja." Aku bisa mendengar ketulusan di sana yang membuatku merasa haru. Aku mengusap perutku, anakku sangat beruntung karena disayang banyak orang bahkan sebelum dia lahir. Aku secara teknis menumpang di rumah Emely sejak pertemuanku denga