KARTU GAJI

1075 Kata
Dylan sudah tertidur dengan pulas di pangkuan Dipo. Uang Dylan tergelatak begitu saja di sofa, membuat Luna mau tidak mau menyimpannya agar tidak hilang. "Aku tidurin Dylan ke kamar dulu." Dipo bangkit berdiri, meletakan Dylan keatas tempat tidur. Setelah itu, Dipo keluar dari kamar, duduk di sebelah Luna yang sedang asik menonton tv. "Udah?" tanya Luna. Dipo mengangguk, tatapannya jatuh pada kaki Luka yang di gips. "Kenapa kaki kamu?" Sebenarnya sudah lama Dipo ingin bertanya tentang kaki Luna, tapi tidak pernah sempat. Luna juga menatap kakinya, menjawab dengan santai, "Gak sengaja keserempet motor atau mobil, aku lupa. Tapi kayaknya udah bisa dilepas deh, gak sesakit dulu soalnya." "Kalau gitu besok kita ke dokter buat cek lagi," ujar Dipo. Luna menganggukkan kepalanya. Ketika Luna kembali fokus menonton tv, sebuah kartu muncul dalam pandangan dia. Luna menoleh, kembali menatap Dipo. "Apa ini?" tanya Luna. "Kartu gaji aku, karena kamu belum punya gelang pintar, jadi untuk sementara kamu pegang aja kartu gaji aku. aku jarang make uang di sana. Biar kamu aja yang simpen." Mata Luna melebar, menatap Dipo dengan tatapan tercengang. "Beneran?" Luna dengan cepat mengambil kartu tipis itu. "Hm." Wanita itu tersenyum, lalu dia dengan cepat mengecup bibir Dipo. "Hehe, Makasih." Dipo juga tersenyum, tanpa aba-aba menerjang bibir Luna. Bukan kecupan singkat seperti yang dilakukan Luna tadi, melainkan lumatan panas yang menyerang setiap bagian bibirnya. Luna menerimanya begitu saja ciuman Dipo, tapi ketika pria itu hendak menyingkap pakaiannya, Luna langsung mendorong tubuh Dipo. Dipo yang terengah-engah menatap Luna, "Kenapa?" tanyanya. Luna mengusap sudut bibirnya, memperbaiki posisi duduknya dan menjawab Dipo sambil memalingkan muka, "Itu, aku gak mau." Mata Dipo menyipit, memegang dagu Luna, memaksa wanita itu agar menatap dia. "Kenapa?" Luna menundukkan kepalanya, "Itu–kita harus nikah dulu!" Kening Dipo berkerut, "Okey, besok kita nikah." "Kak enggak kayak gitu! Jangan, sebaiknya–" "Kenapa jangan?" Sebenarnya menikah hanyalah alasan. Yang Luna hanya tidak ingin memperlihatkan tubuh gemuknya pada Dipo. Dia tidak ingin Dipo melihat perut buncitnya, dia juga tidak ingin Dipo melihat lipatan lemak di setiap tubuhnya! Dia takut setelah itu Dipo akan jijik. "Luna, ini bukan kayak kita enggak pernah liat tubuh satu sama lain sebelumnya." "Itu beda," Ujar Luna dengan nada pelan. "Apanya yang beda?" "Malam itu aku sama kamu mabuk! Itu gak di hitung." "Aku gak mabuk," balas Dipo. Mendengar apa yang Dipo katakan, Luna mendongak menatap Dipo dengan kaget. "Aku enggak mabuk malam itu. Aku sadar," ulang Dipo pada Luna. "Ke-kenapa?" tanya Luna tidak mengerti. "Aku masih harus jelasin?" "Tapi aku gendut–" Luna menundukkan kepalanya tanpa melanjutkan apa yang ingin dia katakan. "Oke, oke. Aku enggak akan ngelakuin itu," ujar Dipo mengalah setelah melihat wajah sendu Luna yang membuat hatinya sakit. "Tapi aku juga enggak mau nikah sekarang," bisik Luna. "Luna." Dipo tidak mengerti apa yang ada di pikiran wanita itu," Kenapa? Jelas kamu udah Nerima cincin dari aku dan kamu setuju." "Itu bukan berarti aku mau nikah sekarang!" seru Luna dengan nada kesal dan membentak. Dipo cukup kaget dengan emosi wanita itu yang meledak. Dia memegang telapak tangan Luna, bertanya dengan lembut. "Bisa kamu jelasin kenapa?" "... Aku ngantuk, kamu tidur di sini!" Setelah mengatakan itu, Luna bangkit berdiri dan berlari kedalam kamar tanpa menoleh. Luna menutup pintu kamar, langsung duduk diatas tempat tidur. Wanita itu mengambil ponsel ingin melihat apakah ada cara untuknya supaya bisa kurus tanpa latihan apapun. Setelah mencari cukup lama, Luna akhirnya menemukan sebuah web yang bernama 'Rumah akupunktur'. Dikatakan bahwa akupunktur yang mereka jalani bisa membuat berat badan turun hingga 40 kg dalam lima hari tanpa harus berolahraga. Luna merasa tertarik, dia semakin menggilir layar ponselnya. Ada banyak testimoni dari pelanggan yang mengatakan bahwa berat badan mereka benar-benar turun drastis setelah melakukan akupunktur di 'rumah akupunktur' ini. Karena tidak tahan godaan turun 40 kg dalam lima hari, Luna akhirnya mendaftar! 40 kg dalam lima hari bukankah itu berarti dia akan kembali ke bentuk semula tubuhnya hanya kurang dari 10 hari?! Apakah ada hal yang lebih membahagiakan dari ini? Jadi malam itu, Luna tertidur dengan mimpi indah bahwa dia kembali langsing dan cantik, dengan suami tampan dan anak yang lucu. Banyak orang yang iri padanya! Luna tertawa dalam tidurnya. *** Keesokan harinya, Luna bangun pagi-pagi sekali, ketika dia keluar dari kamar, dia melihat Dipo yang tengah berada di dapur, sedang menelepon dengan seseorang dengan gelang pintarnya. Luna tidak dapat mendengar percakapan mereka, hanya suara Dipo yang sesekali menyahut 'ya dan ya, pa' yang terdengar. Ketika Dipo selesai dengan teleponnya, dia berbalik dan melihat Luna yang diam-diam sedang mencoba untuk menguping. Dipo mengulum senyum, menghampiri wanita yang terlalu fokus tanpa menyadari bahwa dia sudah selesai menelepon. "Kamu lagi apa?" "Astaga!" Luna terperanjat kaget saat suara Dipo datang. Dipo tertawa terbahak. Luna memukul lengan pria itu. "Lapar?" tanya Dipo mencoba menghentikan senyumannya. Luna cemberut. "Aku mau mandi, huh!" Setelah itu, dia berbalik dan masuk kedalam kamar mandi. Didalam kamar mandi, Luna bertanya-tanya siapa yang Dipo telepon tadi. Dari cara Dipo memanggil, sepertinya itu ayah Dipo? Tapi Luna ragu karena dia tidak tau apakah Dipo punya ayah atau tidak. Jika dia berfikir lagi, kehidupan Dipo di masa sekolah benar-benar misterius, tidak ada satupun yang tau siapa Dipo. Mereka hanya mengenal Dipo sebagai si miskin yang pintar dan tampan. Bahkan dia yang notabennya adalah pacar Dipo saat itu juga tidak tau. Selesai mandi, Luna panik karena ternyata dia lupa membawa handuk! Akh! Kenapa dia sangat sial! "Dylan! Dylan!" Luna berteriak memanggil putranya. Dylan masih tertidur, tentu saja tidak mendengar apapun. Dipo yang mendengar teriakan Luna lantas berjalan menuju kamar mandi, dia berdiri didepan pintu kamar mandi dan bertanya pada Luna. "Ada apa?" "Itu, kamu, bawain aku handuk!" titah Luna dengan gugup. Dipo tersenyum tanpa Luna tau. "Oh, oke." Setelah itu dia masuk ke kamar, mengambil handuk dan kembali ke kamar mandi, "Buka pintunya." titah Dipo pada Luna didalam kamar mandi. "Si-simpen aja di gagang pintu, kamu ke dapur aja!" Dipo tersenyum miring, menjawab Luna dengan santai, "Oke." Setelah itu, dia tidak pergi melainkan berdiri di sebelah pintu, menunggu Luna membuka pintu. Ketika Luna membuka pintu dan hendak mengambil handuk, Dipo bergegas masuk kedalam kamar mandi mendorong tubuh Luna sambil menahannya. "Haaa!" Luna menjerit kaget, tapi bibirnya tiba-tiba di cium oleh Dipo. Setelah itu tidak ada yang tau apa yang terjadi didalam kamar mandi. Hanya erangan dan desahan Luna yang terdengar di dalam sana. Untung saja keduanya bangun sangat pagi dan bukan jam Dylan untuk bangun saat ini. Mereka masih punya waktu 2 jam sebelum Dylan bangun, pikir Dipo.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN