“Halo?” “Iya. Siapa ya?” Benar saja. Bukan Alan yang mengangkatnya, melainkan seorang wanita. Meskipun Rachel percaya pada Alan, namun ia tidak bisa berbohong, hatinya benar- benar gelisah saat ini. Seperti ada jarum yang menusuk- nusuk hatinya, saat mendapati perempuan lain yang mengangkat teleponnya. Berarti yang dikatakan oleh Tiffany itu benar, Alan sedang pergi bersama seorang wanita saat ini. “Halo? Masih ada orang?” “Hah? I-iya,” balas Rachel gugup. Tak ingin semakin sakit hati, Rachel pun lantas mematikan panggilan teleponnya secara sepihak. Masa bodoh jika itu adalah tindakan yang tidak sopan. Rachel benar- benar tak peduli. Ia sudah terlanjur sakit hati. Namun di sisi lain, ia juga tidak mau menaruh curiga yang berlebihan pada Alan. Ia yakin, Alan bukanlah pria penghiana