Lyrics

1321 Kata
Karena terganggu pada sikap diam yang pria muda itu tunjukkan tanpa henti sejak tadi. Tak ayal buat situasi di antara mereka jadi terasa benar-benar sangat canggung dan tidak nyaman. Akhirnya Gan Skuy pun mengatakan sesuatu, “Memang… apa yang akan Bang Add Me A dan yang lain lakukan kalau aku sampai keluar dari Children of the Babylon?” ia bertanya dengan nada biasa saja seolah tak sedang berikan tendensi untuk apa pun di baliknya. Seperti biasa, Gan Skuy memang terlihat seperti seseorang yang sangat diam-diam menghanyutkan. Semua orang di sekitarnya niscaya tidak akan pernah tau pada apa yang anak remaja itu sedang pikirkan sebenarnya kecuali sampai di mana ia akan benar-benar lakukan apa yang ia rencanakan. Yang mana hal itu bisa jadi sesuatu yang sama sekali tak satu orang pun bisa sadari. Karena memang tak pernah beri petunjuk pasti. Add Me A tak langsung menjawab. Ia letakkan mangkuk bakso bergambar ayam jagonya yang khas dan sudah kosong itu ke bagian bawah dari bangku yang tengah ia duduki. “Bang Add Me A,” panggil Gan Skuy berusaha bersikap sehati-hati mungkin agar tak sampai buat suasana hati member band Children of the Babylon yang paling tua itu jadi makin buruk dan bisa jadi hanya akibatkan hal buruk baru yang tidak terduga. Ia sama sekali tak ingin ada hal tidak menguntungkan lain terjadi pada mereka tak peduli apa pun alasannya karena toh selama ini juga sepertinya semua berjaan dengan normal dan baik-baik saja lantas kenapa semua jadi seperti ini adanya? Kenapa tiba-tiba masalah harus muncul dari hal tak terduga dan mengancam rusaknya sesuatu yang telah dibangun sejak dulu? “Kelihatannya kamu berasal dari latar belakang dan keluarga yang cukup mampu, ya,” ucap pria itu tiba-tiba dengan nada bicara datar ditambah pandangan sarkastik yang mengintimidasi siapa pun lawan bicaranya. “Ba, Bagaimana Bang Add Me A bisa sampai menyimpulkan hal seperti itu, sih?” tanya Gan Skuy kagok. Berusaha memalingkan wajah agar tak perlu melihat mata pria itu secara langsung. Semua karena ia tau bahwa dari satu pandangan menguak sangat banyak kenyataan. Dan dari kenyataan itulah yang di masa depan bisa jadi lahirkan begitu banyak kesakitan bahkan hal tak terduga yang di akhir hanya akan melukai. Add Me A menjawab, “Karena kamu selalu bilang kalau… tidak masalah dihukum seperti apa pun, tidak masalah dihukum seperti apa pun. Itu berarti kamu pasti berasal dari latar belakang yang memiliki toleransi akan permintaan sangat tinggi, ‘kan? Apa lagi kalau bukan anak dari orang tua yang cukup berada?” tanyanya. “Kecuali kamu tipikal orangyang suka melakukan hutang. Tapi, kelihatannya kan bukan,” ia menambahkan. Gan Skuy diam saja, “…” Ia merasa terkena karma dari ucapan serta pemikirannya sendiri selama ini. Ia kan memang sempat punya pikiran bahwa pasti akan menyenangkan kalau semua dibongkar saja. Latar belakang serta identitas dari setiap member band mereka. Children of the Babylon. Namun, sepertinya itu jadi terasa kurang tepat. Karena pada kenyataannya… seorang Gan Skuy… atau lebih tepatnya Ganendra Delana Ezekiel Stephen Anedera Terasatri. Itu paling benci. Paling tidak suka. Pada kenyataan bahwa ia merupakan seorang anak dari sepasang orang tua yang berada. Ia tidak suka pada kenyataan bahwa “apa” yang sedang ia gunakan untuk mengukuhkan eksistensi di dalam kehidupan bermasyarakat itu adalah “dari” atau “berkat” orang lain. Ia selalu menghendaki hidup secara mandiri. Sebagaimana dirinya sendiri. Tanpa dihantui oleh bayang-bayang dari para kakaknya. Bayang-bayang dari kedua orang tuanya. Bayang-bayang dari nama besar keluarganya. Yang untuknya… semua itu sangat menyebalkan. Tidak bebas. Terlalu banyak “aturan” yang meski tak kelihatan. Tetap saja terasa cukup memberatkan. “Lalu, memangnya kenapa dengan itu?” tanya Gan Skuy berusaha untuk memberanikan diri. Ia mulai merasa kalau topik pembicaraan mereka mulai sedikit melenceng dalam tanda kutip. Add Me A menjawab, “Apa kamu tau? Aku itu… paling benci dengan yang namanya orang kaya. Anak orang kaya. Dan juga semua hal yang berhubungan dengannya,” beritahu pria muda itu. Kedua mata Gan Skuy terbelalak saat mendengar ucapan pria di depannya. Bagaimana, ya? Seperti… pada akhirnya hal yang ia khawatirkan sungguhan terjadi. Ada orang yang “berarti” untuknya. Merasa terganggu pada eksistensi karena latar belakang yang ia punya. Padahal kan… memang apa sih salahku kalau jadi anak orang kaya? Aku kan tidak lantas menggunakan uang orang tuaku untuk hal buruk, bersikap sombong, atau melakukan hal yang merugikan orang lain. Tapi, kenapa selalu saja ada orang yang tidak suka??!!! Sementara itu di saat vokalis mereka Gan Skuy. Dan leader grup band mereka Add Me A tengah “sibuk” dalam adu pendapat serta perang kata-kata. Rev 4 Rebellion yang sudah selesai makan dua mangkuk bakso saat ini sedang menikmati es teh manis sambil berdiri menempelkan punggung di pagar besi pembatas jalan. Jarak antara dirinya dan dua orang lelaki yang sedang saling beradu pendapat itu memang cukup berjauhan. Tapi, karena situasi di sekitar sana sudah cukup sepi. Hal itu membuat suara yang berasal dari oktaf paling rendah dua buah jakun lelaki pun cukup kencang untuk didengarkan. Dan setelah ia menyimak apa hal terakhir yang Add Me A ucapkan pada Gan Skuy. Ia berkata pelan, “Hekh, semua orang miskin itu pasti benci pada yang namanya orang kaya. Tapi, sebenarnya mereka semua pasti ingin juga kan jadi orang kaya. “Memang benar apa yang dikatakan soleh jurnalis senior Mukhtar Lubis puluhan tahun silam. Mayoritas warga negara ini sejak lama itu memang hipokrit (munafik alias muna, fiks).” “Hei!” sentak Is is Ist yang baru saja kembali dari kamar mandi umum di dekat sana. “Hipokrat, hipokrit, hipokrat, hipokrit. Siapa yang sedang kamu bicarakan?” tanyanya seraya ikut menyender ke pagar besi pembatas tepi jalan itu. “Tidak ada apa pun, kok,” respon Rev 4 Rebellion. Membalik tubuh. Kini bagian dadanya lah yang menempel pada besi pagar pembatas. Menghadap jalanan yang saat siang akan ramai. Namun, di waktu seperti itu jalanan yang tadinya ramai pun mulai beranjak ditinggalkan. Sebuah tipe sirkulasi yang akan selalu ada di mana pun manusia hidup. Dan berkembang biak. Didatangi serta ditinggalkan. Hahh. “Eh, belum selesai kah debatnya dua orang itu?” tanya Is is Ist mencondongkan dagu ke arah Add Me A dan Gan Skuy. Rev 4 Rebellion menjawab, “Kelihatannya sih masih akan cukup lama. Topik yang mereka bahas semakin ke sini kok rasanya malah terdengar jadi semakin di luar konteks sejak aku makan bakso mangkuk kedua tadi,” beritahunya. “R 4 R,” panggil Is is Ist. “Ada apa?” jawab anak remaja laki-laki itu. Sedikit menoleh ke arah wanita di sampingnya. “Apa… kedua orang tuamu tidak merasa cemas kalau kau pergi ke luar sampai selarut ini?” tanya Is is Ist. Rev 4 Rebellion kembali memutar tubuh agar menyender di pagar besi pembatas jalan. Menyamakan posisi dengan si wanita. “Sudah berapa lama kita saling mengenal, Is is Ist?” tanya anak remaja lelaki itu tiba-tiba. Is is Ist pun menjawab sambil memegang dagu dengan jari telunjuk tangan kiri, “Kalau ditanya seperti itu… belum lama sih sebenarnya. Tapi, aku yakin kalau aku tidak bisa menyebut rentang waktu itu sebagai saat yang sebentar juga. “Me, Me, Me, Memang ada apa dengan hal itu? Ke, Ke, Ke, Kenapa tiba-tiba kau menanyakan soal itu di saat seperti ini?” tanya Is is Ist. Yang nyaris memang selalu akan jadi sedikit “canggung” apabila sampai ditanyai hal seperti “sudah berapa lama kita kenal” oleh lelaki mana pun di dunia. Tipe pertanyaan yang sanggup membuat perempuan strong jiwa dan raga seperti Is is Ist seketika akan jadi merasa baper jiwa dan raga. Hmm… mm… eehmm… Sikap Is is Ist yang tiba-tiba jadi gaje (gak jelas) tanpa sadar membuat Rev 4 Rebellion mengerutkan alis. Ia pun memberanikan diri untuk bertanya setelah menghembuskan nafas dalam, huuufftt, “Kamu kenapa sih, Is is Ist?” tanyanya. Ia memang (sebenarnya) tidak begitu suka berhubungan hanya berdua secara langsung dengan yang namanya turunan Hawa alias perempuan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN