“Aku pikir seharusnya kamu sudah tahu siapa pemenangnya disini, Norika.” Ucapan Railyn terus saja masih terngiang dalam kepala Norika walaupun kini dirinya sudah menutup pintu ruangan Railyn. Rasanya seperti baru saja oksigen dipersilahkan masuk mengisi paru-parunya untuk bisa bernapas begitu Norika keluar dari ruangan Railyn. Dirinya seolah dicekik kenyataan bahwa suaminya membohonginya dan bahkan masih memeluk Railyn ketika wanita itu kembali ke Indonesia. “Norika, are you okay?” sekertaris Railyn tiba-tiba saja sudah berdiri dihadapannya dan memegang lengan Norika untuk menyadarkannya dari lamunan. Norika tersentak, matanya mengerjap terkejut dan seketika sadar.”A-ah, i’m okay. Kamu mau ketemu Mbak Railyn?” “Iya, nih.” “Yaudah, kalau gitu aku mau balik dulu. Udah selesai kok sa