Dari Jauh Aku Melihatmu Bahagia

1236 Kata

Gyan duduk termenung di ruang kerjanya yang kosong di Jakarta. Sudah tiga bulan sejak Norika pergi—tiga bulan penuh sepi, surat pengunduran diri dari kantor yang ia ajukan sendiri, dan malam-malam yang panjang tanpa suara tangis bayi di rumah. Setiap kali membuka media sosial, algoritma aneh seolah menyiksa dirinya. Muncul foto-foto viral: hamparan kebun bunga di sebuah desa pegunungan, coffeeshop tersembunyi yang disebut "hidden gem" oleh para travel blogger. Di salah satu unggahan yang samar, matanya terpaku. Di antara para pengunjung yang kabur di latar belakang, ada sosok perempuan menggendong bayi. Rambut hitam panjang. Bahu kecil. Gaya jalan yang sangat dikenalnya. Norika. Gyan membesarkan gambar itu. Walau buram, ia yakin. Itu dia. Tanpa pikir panjang, Gyan menyewa seorang pen

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN