"Bongkar kuburan Tuan Yudda, dan hancurkan semua keluarga yang ditinggalkan, termasuk putri sulungnya." Dengan penuh ketegasan Arga memberi perintah pada anak buahnya, membuat Ana langsung berteriak histeris, dan bahkan menc3kik leher Zeva karena menganggap kemarahan Arga di karenakan Zeva.
"Tidak bisakah kau membalas Budi pada ayah dan ibumu dengan mengikuti kemauan Tuan muda, bisakah kamu mengesampingkan ego kamu?" dengan wajah yang terlihat seperti iblis karena murka pada Zeva, saat mendengar kuburan sang suami akan dibongkar.
Arga yang melihat wanita pujaannya disakiti oleh ibunya sendiri, segera menarik tangan Ana, hingga tangan Ana terlepas dari leher Zeva lalu mendorong tubuh Ana hingga terbentur dinding rumah.
Terdengar pekikan keras dari Ana karena merasakan sakit di tubuhnya, namun tidak membuat Zeva langsung membenci Ana, karena saat telinga Zeva mendengar Ana berteriak kesakitan langsung berdiri dan menolong Ana.
"Ibu, ibu tidak apa-apa ? "tanya Zeva yang sedikit merasa khawatir pada Ana. Ana yang mendapat pertanyaan tersebut dari Zeva jangankan merasa senang, justru Ana mendorong tubuh Zeva dengan keras, melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Arga pada dirinya, hingga mengenai daun pintu rumah.
Arga yang melihat dahi Zeva mengeluarkan cairan merah segar, langsung murka dan menarik tubuh Ana lalu kembali melakukan hal yang sama seperti tadi, namun kali ini Arga membenturkan tubuh Ana ke daun pintu seperti yang dilakukan Ana pada Zeva.
Saat dahi Ana mengenai daun pintu seperti dahi Zeva, bukannya Ana yang berteriak karena kesakitan, justru Zeva yang berteriak karena merasa khawatir pada Ana, apalagi saat Zeva melihat dahi Ana mengeluarkan cairan merah segar, dan terlihat cukup parah menurutnya, Zeva semakin khawatir.
Arga yang melihat Zeva masih memperdulikan ibunya, langsung menarik pergelangan tangannya dan menyeret dengan paksa menuju mobilnya.
"Tuan, apa yang kau lakukan, tolong biarkan Saya menolong Ibu, ibuku harus dibawa ke rumah sakit! "Zeva memberontak, dan meminta dilepaskan agar bisa menolong Ana yang sedang menahan sakit di kepalanya.
"Kau sama terlukanya dengan ibumu, tapi kenapa kau tidak memikirkan dirimu sendiri, dan justru malah memikirkan orang lain.
Apakah kamu merasa jauh lebih kuat dari orang lain padahal kenyataannya kamu sendiri juga tidak mampu menahan sakit yang kamu rasakan akibat ibumu. "Ujar Arga yang tetap tidak peduli dengan keinginan Zeva agar dilepaskan. Zeva berteriak menangis memanggil Ana, saat Arga mulai menyalakan mobilnya dan menancap pedal gas mobilnya dengan cepat.
"Berhenti menangis, aku benci melihatmu menangis!" Arga membentak Zeva dengan keras, hingga dengan refleksnya Zeva menutup mulutnya agar suara tangisnya tidak terdengar di telinga Arga. Namun meski tindakannya agar Arga tidak mendengar suara tangisnya, Arga tetap terlihat marah karena masih melihat Zeva menangis meski tanpa suara.
Arga menambah kecepatannya sampai melebihi batas rata-rata, hingga membuat Zeva langsung ketakutan dan berpegangan pada kemeja Arga, namun Arga hanya menatapnya dengan tatapan datarnya.
Arga semakin menambah kecepatannya hingga full, membuat Zeva langsung memanggil Yudda dengan penuh ketakutan.
"Ayah!!" hanya satu kalimat yang berhasil lolos dari bibir pucat Zeva, namun tidak berhasil menghentikan Arga yang membawa mobil ugal-ugalan.
"Aku tidak takut mati, sekalipun perjalanan kita ini akan mengantar ke jalan kematian, aku juga tidak keberatan, setidak kita mati bersama." Ujar Arga yang langsung membuat Zeva menggelengkan kepalanya pelan, dengan seluruh wajah yang sudah dipenuhi oleh keringat dingin karena ketakutan, apalagi saat mendengar bahwa Arga tidak takut mati.
Arga sendiri bukannya tidak menyadari ketakutan Zeva, namun begitulah Arga, kalau sudah dibuat marah oleh siapapun, maka Arga tidak akan dapat dipulihkan oleh siapapun.
Arga menghentikan mobilnya secara dadakan, hingga dahi Zeva hampir saja mengenai dasbor mobil kalau tangan Arga tidak menghalanginya.
Yah, Arga dengan gerakan cepat tangannya dijadikan penghalang diantara dahi Zeva dan dasbor mobil, hingga dahi Zeva aman dari rasa sakit karena terkena dasbor mobil.
Zeva yang tidak merasakan apa-apa di keningnya, dengan perlahan menoleh ke arah sampingnya dimana Arga berada, dan ternyata Arga masih menatap lurus kedepan dengan tatapan datarnya.
"Turun! Jangan memaksaku untuk menyeret mu keluar dari sini, karena bisa saja itu akan menyakiti fisikmu." Titah Arga dengan penuh ketegasan
"Saya akan keluar dan mengikuti apapun yang menjadi keinginan anda, asal anda tidak berlaku kasar terhadap saya. Dan satu hal yang paling penting lagi, anda tidak melakukan apapun pada kuburan ayahku, termasuk keluarga yang ditinggal Ayah." Rupanya Zeva masih memiliki nyali dengan meminta agar Arga tidak melakukan apapun pada makam ayahnya, termasuk keluarga yang ditinggalkannya sesuai yang menjadi ancaman Arga bagi Zeva.
Arga yang mendengar ucapan Zeva tidak merespon apapun, namun langsung bergerak mengambil ponselnya dan mengatakan pada anak buahnya agar membatalkan apa yang diperintahkan tadi mengenai makam Yudda.
Zeva yang mendengarnya langsung bernafas lega, karena Arga tidak melakukan apapun terhadap makam ayahnya, yang artinya semua yang menjadi ancaman bagi dirinya sudah terselesaikan.
Namun meski begitu, tidak dipungkiri Zeva sedikit merasa menyesal karena telah mengatakan bahwa dirinya akan mengikuti semua kemauan Arga, tapi meski begitu, Zeva juga merasa lega karena ayahnya bisa istirahat dengan tenang tanpa gangguan dari kekejaman Arga.
Zeva yang melihat Arga sudah turun dari mobil, dan berdiri di depan mobilnya sendiri, langsung menyusul Arga turun dari mobil, sebelum Arga marah untuk yang kedua kalinya.
Zeva ikut bergabung berdiri di samping Arga, sambil melihat bangunan yang terbangun dengan indah dan juga penuh kemewahan, ia adalah rumah pribadi Arga.
"Masuk, dan persiapkan dirimu untuk pernikahan kita besok!" dengan tegasnya Arga meminta agar Zeva masuk kedalam rumah, dan mengatakan bahwa mereka akan menikah besok.
Zeva yang mendengar ucapan Arga langsung menelan air liurnya dengan susah payah, karena Zeva merasa yakin, Arga melakukan semua ini secara dadakan itu karena mendapat kesempatan dari kalimat yang ia ucapkan tadi, bahwa ia akan melakukan apapun yang Arga inginkan, yang artinya dirinya tidak memiliki kesempatan untuk menolak.
"Me-menikah, Tuan. Besok?" Zeva bertanya guna untuk memastikan, dan berharap dirinya salah dengar. Tapi sayang, Zeva yang mengira dirinya salah dengar langsung sirna seketika saat ia melihat anggukkan kepala dari Arga.
Arga melangkah maju ke depan, hingga Langkah Arga berhenti tepat di depan pintu rumahnya. Arga membuka pintu rumah setelah memutar kuncinya. Arga mempersilahkan Zeva masuk kedalam rumahnya, setelah dirinya membuka pintu rumah dengan lebar-lebar.
"Saya sendirian disini, Tuan?" dengan ragu-ragu Zeva bertanya pada Arga, yang pertanyaan tersebut langsung mendapat anggukan dari Arga.
Zeva yang melihat jawaban Arga langsung masuk begitu saja, lalu detik berikutnya, Zeva mendengar pintu tertutup, lalu mendengar suara kunci yang sudah terkunci dengan begitu rapatnya, membuat Zeva langsung memejamkan matanya, dan menjatuhkan tubuhnya di lantai rumah pribadi Arga.
"Penderitaan akan segera dimulai. Aku sadar, menikah bukan untuk bahagia, tapi menebus sebuah kesalahan yang akan berakhir dengan penderitaan. Kalau saja aku boleh memilih, akan lebih baik aku tidak pernah mengenal apa yang kehidupan, kalau pada akhirnya akan seperti ini." Gumam Zeva dengan rasa penuh keputusasaan. Zeva merasa sudah putus asa, tapi Zeva masih tidak tahu harus mengambil langkah yang mana yang menurut dirinya akan menjadi yang terbaik bagi dirinya.
Disaat Zeva merasa putus asa akan sebuah cobaan yang selalu menjadi teman sehari-harinya, tiba-tiba Zeva mendengar suara tapak kaki yang sedang menuruni anak tangga, hingga membuat dirinya merinding karena ketakutan. Zeva memeluk tubuhnya sendiri, sambil berdoa agar dirinya tetap mendapat perlindungan.
Prang prang
Jantung Zeva langsung berdetak dengan begitu kencang saat mendengar ada sebuah benda jatuh, yang Zeva yakini benda tersebut memang sengaja dijatuhkan. Zeva tidak menyangka, kalau rumah semewah itu akan dihuni oleh makhluk halus, atau makhluk lainnya yang membahayakan, karena menurut Zeva kalau rumah mewah pasti akan mendapat ketenangan seperti yang sempat menjadi khayalan nya dulu.
Prang prang