Aku menggeliat dengan malas, tanganku coba mencari ponsel untuk mematikan alarm pengingat sholat Subuh. Tubuhku masih sangat pegal dan lemas. Tidurku baru dua jam saja. Usai sholat Subuh aku memutuskan tidur lagi. Usai aku sholat, aku tahu bahwa Mas Rendra kemudian sholat Subuh dan melanjutkan tidur sepertiku. Rupanya kami berdua sama-sama lelah lahir dan batin karena banyaknya kejadian kemarin. Sinar matahari pagi masuk ke kamarku yang full pintu kaca geser. Aku melirik jam dinding, sudah jam sembilan pagi. Lumayan, bisa nambah tidur beberapa jam walau aku tahu itu tidak baik, tidur lagi setelah sholat Subuh sangat tidak dianjurkan oleh Rasul. Kembali aku menggeliat agar tubuhku bisa rileks. Leherku menoleh ke kanan, sisi kasurku yang satu lagi. Tidak ada Mas Rendra, berarti dia sudah