“Renata….” Suara yang selalu aku rindukan selama ini terdengar menyebut namaku dengan sangat lembut. Bagai dengan gerakan slow motion, aku menoleh ke arah sumber suara. Aku menelan ludah, memaksa kaki untuk terpaku di tempat agar tidak lancang berlari ke arah lelaki itu. *** “Nata…” Suara itu kembali terdengar lembut menyapaku. Bahkan aku harus mengerjapkan mata beberapa kali agar yakin bahwa lelaki yang dengan sangat lembut menyapaku itu adalah Mas Fadly. Ya Tuhan, satu tahun kami tidak bertemu. Nyatanya, waktu satu tahun tidak mampu untuk mengikis rasa rindu yang masih subur di hatiku. “Mas Fadly…” Kelu, lidahku tidak mampu lagi berkata selain ucap namanya. Nama seorang lelaki yang sungguh aku cintai, aku gadang-gadang akan menjadi imam dunia akheratku. Ini pertemuan pertama