“Dok, saya boleh pulang hari ini?” Tanyaku pada dokter yang visite. Seorang dokter perempuan paruh baya, pasti beliau salah satu dokter senior di rumah sakit ini. “Heem… fisik Bu Renata belum memungkinkan pulang hari ini. Jangan dipikirkan terlalu dalam loh bu, kondisi rahim ibu sehat dan ibu masih muda, Insya Allah akan bisa segera hamil lagi. Jadi menurut saya, sepertinya baru bisa pulang besok gak papa ya bu?” Dokter itu malah balik bertanya padaku. Kupikir, mungkin Reina dan Abdi sudah memberi pesan pada staf rumah sakit bahwa aku adalah salah satu kerabatnya. Aku merasa jauh lebih baik, tapi fisik tubuhku memang masih lemah. Mungkin karena dalam hati aku belum bisa mengikhlaskan kepergian janinku yang tiba-tiba. Iya, aku tahu bahwa semua hanya ada di otakku saja. Tapi bagaimanapun