Nurana duduk perlahan sambil menggendong tasnya. Hatinya gelisah tak menentu dan tak sabar untuk bisa bertemu anaknya dan berharap apa yang ia dengar dari Wira itu tidak benar. Sore tadi tiba-tiba saja ia kedatangan tamu tak dikenal. Pria itu terlihat tampan dan elegan, usianya mungkin sudah memasuki 40 an. Otomatis dengan melihat penampilannya Nurana berpikir bahwa pria itu mungkin teman anaknya, Satria. Tak pernah terpikirkan apa yang diucapkan Wira setelah mendengar maksud kedatangan dirinya dan apa yang dilakukan Satria bersama perempuan yang bernama Miya. Nurana tak langsung percaya tetapi ia tak bisa bohong bahwa yang dikatakan Wira itu tampaknya benar karena Satria pernah beberapa kali tercetus dari mulutnya bahwa ia pernah mencintai seseorang yang milik orang lain. “Saya hany

