Bab 9. Firasat

1405 Kata
Satria tampak tersenyum senang ketika membaca pesan dari Miya bahwa Wira sudah berangkat ke bandara untuk urusan dinas kerjanya ke Jerman. “Nanti tunggu aku di apartemen, kita bisa makan malam bersama disana,” tulis Satria dalam pesan yang ia kirim pada Miya. Awalnya Satria ingin menginap di hotel yang tak jauh tempat konser digelar, tetapi ia merasa beresiko akan ada orang yang mengenal mereka melihat. Untuk nonton konser pun mereka tak bisa pergi berdua saja, mereka terpaksa bergabung dengan beberapa teman lainnya agar tak ada yang curiga bahwa mereka tengah bersama. Tempat yang paling aman untuk bertemu Miya adalah di apartemen miliknya yang dulu ia pinjamkan pada Elora. Apartemen mewah itu memiliki keamanan yang ketat dan sangat menjaga privacy penghuninya. Walau kesempatan itu besar, tetapi Satria tetap konsisten untuk menyembunyikan hubungan dan menjalaninya sembunyi-sembunyi. Ia sangat disiplin karena tak ingin orang berpikiran buruk tentang Miya. Cintanya pada Miya membuatnya melakukan apapun demi kekasihnya. Satria segera menyiapkan beberapa pakaiannya untuk ia kenakan malam ini dan untuk menghadiri konser musik esok hari. Bahkan ia ingin menghabiskan waktu weekend ini bersama Miya, melarikan diri sesaat keluar kota untuk melepaskan perasaan mereka berdua. Nurana menatap koper kecil yang dibawa Satria ketika melihat anak sulungnya memasuki ruang makan untuk sarapan sebelum berangkat bekerja. “Loh, ada dinas keluar kota?” tanya Nurana pada si sulung. “Nggak sih bu, aku hanya ingin pulang ke apartemen. Beberapa waktu ini pekerjaanku terlalu padat sehingga aku butuh rehat beberapa saat.” “Kalau lagi banyak pikiran, jangan lupa sholat nak …,” pesan Nurana pada Satria. Terus terang Nurana merasa cemas dengan gaya hidup Satria yang saat ini lebih disibukkan dengan pekerjaan. Ia sering sekali meminta Satria untuk segera menikah agar ia memiliki tanggung jawab dan tujuan hidup. Tetapi tak pernah digubris Satria. Beberapa tahun yang lalu pun, Satria pernah ia coba untuk dijodohkan dengan Elora, anak sepupunya Nirmala. Nurmala sempat merasa lega karena akhirnya Satria mencoba menjalin hubungan dengan Elora dan terlihat mereka berdua bisa saling mengisi, apalagi usia Satria yang 8 tahun lebih tua membuat ia bisa lebih ngemong pada Elora. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja Satria bilang bahwa ia telah berpisah dengan Elora dan Nurana dengar Elora sampai pindah kota untuk menjauh dari Satria. Ia mencoba mencari tahu dari Nirmala, tetapi sepupunya itu pun tak tahu apa yang terjadi dengan anak gadisnya. Entah mengapa sebagai seorang ibu, ia memiliki firasat anaknya tengah menyembunyikan sesuatu. Ia tahu bahwa anaknya, Satria adalah pria dengan orientasi seksual yang normal, tetapi Satria selalu menolak untuk dikenalkan dengan perempuan lain. “Ya Allah, tolong lindungi anakku, jauhkan lah ia dari seseorang yang bukan jodohnya dan dekatkan lah ia dengan seseorang yang menjadi jodohnya dan bisa menyayangi anakku dengan tulus dan apa adanya,” doa Nurana dalam hati saat Satria mencium punggung tangan sang ibu sebelum pergi. Di tempat lain, Satria tak menyadari bahwa ada seseorang yang tengah memperhatikannya ketika keluar dari gerbang rumahnya yang besar. Pria itu menunggu di dalam mobil dan segera menghubungi seseorang ketika melihat mobil Satria meninggalkan rumah. “Dia sudah berangkat bos,” ucap pria itu memberitahu Wira yang ternyata orang yang ia hubungi. “Ikuti saja kemana ia pergi, dan selalu beritahu aku dimana ia berhenti,” suruh Wira dengan suara tenang lalu mematikan komunikasi mereka dan membuang pandangannya keluar jendela. Sejak kemarin ia telah tinggal di hotel yang tak jauh dari tempat konser akan digelar. Ia sengaja minta diantar ke bandara oleh Miya, agar bisa meyakinkan sang istri bahwa ia benar-benar telah pergi untuk dinas kerja. Rasa cemburu dan kemarahannya sudah memuncak, ia sudah tak tahan untuk mempermalukan sang istri dan Satria dengan rencananya. Jika berhasil ia tak akan segera menceraikan Miya, tapi akan menahannya sesaat sampai Miya menggila dan baru mencampakannya. Wira benar-benar tak sabar untuk menunggu malam datang untuk aksinya, bahkan ia tak sendirian untuk melabrak Miya dan Satria nanti. Bahkan ia membayar mahal beberapa orang untuk mengikuti sang istri juga Satria beberapa hari ini. Jika ia harus merasa tersiksa, ia tak ingin tersiksa sendirian, karena ia akan mengajak orang yang menyayangi Satria ikut sakit dan sedih dengan kejadian ini. *** Satria melirik ke arah jam tangannya, sudah pukul 5 sore. Miya baru saja keluar dari kantor menuju apartemen miliknya untuk datang lebih dulu. Satria sengaja menunggu sambil menyelesaikan pekerjaannya sebelum akhir pekan datang. Toh, apartemen miliknya tak jauh dari daerah kantor dimana ia bekerja, dalam keadaan macet sekalipun ia hanya butuh 30 menit untuk bisa sampai. Entah mengapa hatinya merasa gelisah. Satria berpikir mungkin kegelisahan ini karena rasa tak sabar untuk bisa menghabiskan malam bersama Miya. Mungkin perasaan tak karuan ini karena luapan rasa bahagianya karena pada akhirnya mereka bisa memiliki waktu bersama. Satria sengaja menyibukan dirinya dengan pekerjaan sampai akhirnya ia tersadar bahwa sudah waktu telah menunjukan pukul 7 malam. Ia segera mengirimkan pesan kepada kekasihnya, “Sedang apa kamu sayang?” tanya Satria dalam pesannya. “Aku baru saja hendak turun, untuk berenang sebentar sebelum kita makan malam. Aku juga sudah memesan makan malam kita dari restoran kesukaan kita. Kamu masih dikantor?” “Iya, aku masih dikantor, tetapi pekerjaanku hampir selesai, sebentar lagi aku pulang.” “Kalau begitu aku boleh minta tolong, charger laptopku tertinggal di meja. Boleh tolong bawakan?” “Tentu saja, nanti aku turun untuk ambil,” balas Satria sebelum mengakhiri komunikasi mereka. 15 menit kemudian Satria turun ke lantai dimana ruangan Miya berada. Lantai itu sudah sangat sepi karena waktu telah menunjukan hampir pukul 7.30 malam. Tak sengaja Satria menoleh ke arah ruangan dimana Elora berada. Hatinya tergelitik untuk melangkah mendekati ruangan itu dan terlihat ada Elora yang masih duduk di cubiclenya tengah mengerjakan sesuatu. Tiba-tiba Satria ingin masuk dan menyapa Elora, tetapi langkahnya tertahan ketika teringat permintaan Elora untuk tak lagi berkomunikasi dengannya. Satria mengurungkan niatnya dan segera bergerak menuju ruangan Miya untuk mengambil charger milik kekasihnya itu. Baru saja ia meninggalkan ruangan Miya, tiba-tiba handphonenya berdering dan terlihat nama Miya muncul dilayar. “Kenapa sayang? Kamu tampaknya sudah tak sabar …” “Mas! Tolong aku! Ada mas Wira di lobby apartemen! Aku harus bagaimana?! Aku terjebak saat ini di sekitar kolam renang tak bisa naik keatas, karena ia pasti melihatku!” pekik Miya histeris dari ujung sana. Satria berdiri mematung sesaat, wajahnya pucat pasi mendengar ucapan Miya. Setelah sekian lama kucing-kucingan, akhirnya ia menghadapi kejadian seperti ini. Pikirannya bekerja keras agar bisa menyelamatkan kekasihnya sambil mendengarkan Miya yang terdengar panik. “Aku takut mas! Apalagi aku tak mengenakan apa-apa selain pakaian renang dan bathrobe! Kemana aku harus pergi dan sembunyi?!” “Tunggu aku disitu, tetap di sekitar taman dan kolam renang, cari tempat yang mencolok! Aku kesana sekarang!” ucap Satria berusaha tenang dan segera mematikan komunikasi mereka. Ia segera berjalan tergesa-gesa dan langkahnya berhenti sesaat menatap ruangan dimana Elora berada. Dengan cepat Satria memasuki ruangan kerja Elora, membuat perempuan itu melompat kaget karena ada seseorang menerobos masuk. “Ikut aku!” ucap Satria cepat dan menutup laptop Elora dan menarik tangan perempuan itu cepat. “Mas?! Ada apa?!” tanya Elora ikut panik, karena ia tak pernah melihat Satria sepanik dan setegang itu. Satria hanya diam sambil menyambar tas dan laptop Elora lalu berjalan terburu-buru diikuti langkah Elora yang setengah berlari. “Masuk!” suruh Satria ketika mereka sudah sampai basement dimana mobil Satria diparkirkan. “Kita mau kemana?” tanya Elora ragu dan bingung. “Aku butuh bantuanmu! Tenang saja, aku akan melindungimu!” ucap Satria cepat sambil membuka pintu mobil dan sedikit mendorong Elora untuk masuk ke dalam. Satria mengendarai mobil dengan sangat kencang dan membuat Elora setengah mati ketakutan. Elora masih tak tahu apa yang terjadi dan 10 menit kemudian mereka sudah memasuki gerbang apartemen dimana dulu ia tinggal. Satria sengaja melambatkan mobil sesaat untuk melihat ke dalam lobby tower apartemennya dan memang terlihat seorang pria dengan perawakan seperti Wira tengah berdiri dengan seorang wanita di depan resepsionis. Satria segera memarkirkan mobilnya di basement, menyambar topi, dan menyuruh Elora untuk turun dan menggunakan topi. Di tempat lain, Wira baru saja membaca pesan dari orang suruhannya dan memberitahu bahwa Satria baru saja keluar dari kantor dengan seorang wanita didalam mobilnya tetapi tak terlalu jelas wanita itu siapa. Ada senyuman puas tersungging di bibir Wira. Ia segera menyuruh salah satu anak buahnya menunggu di lobby jika nanti Satria tiba dan Wira akan menuju apartemen mereka untuk melabraknya. “Sabar bu, sebentar lagi mungkin mereka sampai,” ucap Satria pada seseorang yang ia ajak untuk melabrak Satria dan Miya. Nurana. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN